tag:blogger.com,1999:blog-56717727054092022682024-03-13T07:57:52.415+07:00ISLAM ADA DI HATIKUSebuah Petikan Kecil dari nasehat dan kisah yang dengan membacanya semoga bisa bermakna dan membekas untuk kitaAkseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.comBlogger33125tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-63643160463320431892011-11-11T10:16:00.000+07:002011-11-11T10:16:34.898+07:00Sabar Itu Indah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-rXsBHshbaNI/TryTY8vJHPI/AAAAAAAAAN8/Wwe2fkWwCU0/s1600/sabar+itu+indah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="133" src="http://4.bp.blogspot.com/-rXsBHshbaNI/TryTY8vJHPI/AAAAAAAAAN8/Wwe2fkWwCU0/s200/sabar+itu+indah.jpg" width="200" /></a></div><span style="font-family: Verdana; font-size: 10pt; font-style: normal;">Kualitas kesabaran kita diuji sepanjang jalan kita meraih tujuan, untuk menjadikan diri kita orang yang tenang dan penuh kasih sayang. Semakin kita sabar, semakin dapat menerima hidup ini apa adanya bukan semakin memaksakan hidup ini persis seperti yang kita kehendaki. Tanpa kesabaran, hidup pastilah akan membuat kita sangat frustasi. Kita akan mudah jengkel, terganggu, dan merasa disakiti. <br />
<br />
Kesabaran menambahkan suatu dimensi ketenteraman dan rasa menerima pada hidup kita. Dimensi yang sangat penting bagi ketenangan batin. "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan <a name='more'></a>kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung." (Ali Imran: 200).<br />
<br />
Menjadi lebih sabar mengharuskan kita membuka hati kita pada saat sekarang, bahkan bila kita tidak menyukainya. Bila kita terjebak di tengah kemacetan total, terlambat datang ke sebuah pertemuan, membayangkan saat-saat itu akan berarti memerangkap diri kita, membentuk bola salju mental sebelum pikiran kita keluar dan mengingatkan kita untuk santai. Ini juga mungkin waktu yang baik untuk meraih nafas dan juga kesempatan untuk mengingatkan dirimu bahwa, pada skema yang lebih besar, terlambat adalah "masalah kecil". "Siapa saja yang melatih dirinya untuk bersabar, niscaya Allah akan memberikan kepadanya kekuatan sehingga mampu bersabar." (Al Hadits).<br />
<br />
Kesabaran juga mengharuskan kita melihat ketidakbersalahan pada diri orang lain. Seringkali ketika aku sedang menulis, ibu memanggilku untuk melakukan ini itu, yang bagi seorang penulis bisa sangat membuyarkan konsentrasi. Yang aku ingat setelah itu, adalah jasa-jasanya yang begitu banyak, yang telah diberikannya kepadaku, bukan memikirkan implikasi yang bisa terjadi pada pekerjaanku karena gangguannya itu ("Aku tak bisa menyelesaikan pekerjaanku, aku kehilangan ilham, hari ini aku tak punya waktu lagi untuk menulis,dan seterusnya").<br />
<br />
Aku ingatkan diriku mengapa ibu menyuruhku melakukan ini itu – karena aku anaknya, dia masih percaya kepadaku, bukan berencana merusak pekerjaanku. Bila aku ingat untuk melihat ketidakbersalahan, aku akan segera memunculkan suatu perasaan sabar, dan perhatianku balik kembali ke masa sekarang. Rasa terganggu yang mungkin terbentuk menjadi lenyap dan aku diingatkan sekali lagi, bahwa betapa beruntungnya aku memiliki ibu yang telah melahirkanku.<br />
<br />
Aku menemukan bahwa bila kita melihat lebih jauh, kita dapat hampir selalu melihat ketidakbersalahan di dalam diri orang lain, dan juga di dalam setiap situasi yang baik membuat frustasi. Bila kita melakukannya, kita akan menjadi orang yang lebih sabar dan tenang dan, dengan cara yang aneh, kita mulai menikmati saat-saat yang biasanya akan membuat kita frustasi.<br />
<br />
Oleh : Akhi Chandra Kurniawan <br />
</span><span class="fullpost"> </span>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-43167419632569992262011-11-11T10:12:00.000+07:002011-11-11T10:12:23.654+07:00Mencintai karena Allah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-XWbwAVx307M/TrySYKa9ktI/AAAAAAAAAN0/S7IVICpKe6E/s1600/allah-4.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://2.bp.blogspot.com/-XWbwAVx307M/TrySYKa9ktI/AAAAAAAAAN0/S7IVICpKe6E/s200/allah-4.jpg" width="200" /></a></div><span style="font-family: Verdana; font-size: 10pt; font-style: normal;">Membicarakan cinta tak dapat dilepaskan dengan motif dan tujuan pelakunya. Sesuai arti katanya, cinta adalah perasaan hati dalam menyenangi sesuatu. Dalam bahasa Arab, cinta sering disebut dengan kata hubb. Mencintai sesuatu berarti sama dengan menyenanginya. <br />
<br />
Cinta adalah salah satu sifat fitri (alami) yang memang Allah SWT anugerahkan kepada manusia. Dengan cinta, manusia satu dan lainnya dapat membina hubungan dengan harmonis. <a name='more'></a>Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya Allah SWT memiliki 100 rahmat kasih sayang. Sebanyak 99 Ia simpan untuk hamba-hamba-Nya nanti di akhirat, sedangkan satunya Ia turunkan kepada umat manusia. Dengan hanya satu rahmat inilah, manusia satu dengan yang lainnya saling mencintai.'' (HR Bukhari-Muslim). <br />
<br />
Dengan demikian, cinta dan kasih sayang yang dimiliki manusia hakikatnya adalah bentuk anugerah tertinggi yang Allah SWT berikan. Itu artinya, cinta sesungguhnya harus dilandasi dengan keyakinan bahwa cinta itu adalah dari Allah SWT dan harus dimanfaatkan sepositif mungkin oleh manusia, semata-mata karena Allah. Dengan kata lain, mencintai manusia lain sebetulnya harus dilandasi sikap bahwa cintanya itu adalah karena Allah, sehingga cinta yang ditimbulkan akan selalu berada dalam jalur yang sudah Allah SWT gariskan, bukan cinta buta yang hanya memperturutkan hawa nafsu rendah. Mencintai seseorang karena Allah SWT akan mengantarkan seseorang pada satu level, di mana Allah SWT melimpahkan cinta abadi-Nya yang tak terkira. <br />
<br />
Rasulullah SAW pernah bercerita kepada Abu Hurairah, ''Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang berniat mengunjungi temannya dalam sebuah kampung. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan malaikat yang sengaja Allah turunkan untuk menanyakan tujuannya. Laki-laki itu menjawab, ia ingin mengunjungi salah satu temannya di sebuah kampung. Malaikat bertanya lagi tentang alasan kunjungan itu, apakah karena temannya itu memiliki satu jasa berharga yang harus dibalas atau tidak. Dengan tegas, laki-laki itu menjawab ia tidak memiliki alasan selain bahwa kunjungannya itu adalah karena cintanya kepada temannya, cinta yang dilandasi semata-mata karena Allah SWT. Malaikat itu akhirnya memberi tahu kepada laki-laki itu bahwa ia adalah utusan Allah untuk menyampaikan kabar gembira bahwa laki-laki itu dijamin akan dicintai Allah selamanya, dengan sebab cintanya pada temannya itu.'' (HR Muslim). <br />
<br />
Cinta sesama manusia hanya karena Allah, bukan karena alasan lain, itulah cikal bakal cinta abadi yang Allah SWT siapkan di akhirat kelak. Cinta model ini pulalah yang akan menjadi naungannya nanti di hari kiamat. Satu hari yang tidak ada naungan lagi selain naungan yang Allah berikan kepada manusia. Rasulullah SAW bersabda, ''Pada hari kiamat nanti Allah SWT akan berseru, 'Mana orang-orang yang saling mencintai hanya karena Aku? Pada hari kiamat yang tidak ada naungan ini, Aku akan memberikan naungan-Ku pada mereka semua'.'' (HR Muslim). Dengan cinta yang dilandasi keyakinan seperti inilah, umat manusia akan dapat mewujudkan kedamaian dan keharmonisan di antara sesama. Wallahu a'lam. (Fajar Kurnianto) <br />
<br />
</span><span class="fullpost"> </span>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-42188761513666034852010-11-11T14:50:00.000+07:002010-11-11T14:50:26.860+07:00Multilevel Kebaikan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAeJBHJucJI/AAAAAAAAAFg/lIGbBYdENQM/s1600/tangga.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" gu="true" height="200" src="http://4.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAeJBHJucJI/AAAAAAAAAFg/lIGbBYdENQM/s200/tangga.jpg" width="149" /></a></div><br />
Ada teman yang pernah bertanya, "apa sih yang membuat kamu senang membantu orang lain?" <br />
<br />
Saya berikan dia dua jawaban, pertama, karena Allah senang dengan orang-orang yang suka membantu saudaranya. Allah akan memberikan kemudahan bagi orang yang memudahkan orang lain. Kedua, saya berjanji kepada seseorang untuk terus berbuat baik membantu orang lain. <br />
<br />
"Seseorang ...?" teman saya makin bingung. <br />
<br />
Baiklah, saya akan perjelas. Beberapa tahun lalu saya pernah berada dalam kesulitan keuangan. Kuliah saya terancam berantakan karena saya tak mampu mengumpulkan uang kuliah dari sisa-sisa gaji saya yang memang kecil. Saya nyaris putus asa dan berpikir akan mengakhiri kuliah saya dan berhenti di tingkat dua saja. Biarlah tinggal mimpi, pikir saya. <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Disaat kebingungan dan putus asa melanda itulah, ada seorang sahabat yang datang menanyakan kabar saya dan juga studi saya. Karena kami biasa berterus terang tentang segala hal, saya katakan kondisi saya baik-baik saja. Tapi kuliah saya yang terancam gagal. Mendengar <span class="fullpost">pengakuan saya, sahabat tersebut kemudian menawarkan bantuan sejumlah uang untuk membayar uang kuliah saya yang tertunggak. <br />
<br />
Tanpa basa-basi, saya langsung menerima tawaran tersebut tanpa berpikir terlebih dulu bagaimana nanti menggantinya. <br />
<br />
Di akhir semester empat, saya sempat bertanya kepadanya perihal bantuan yang diberikan kepada saya. Ada yang membuat saya heran dengan jawabannya, "Saya hanya berjanji kepada seseorang untuk senantiasa berbuat baik membantu orang lain" <br />
<br />
Kemudian ia memperjelas, Ia pernah mendapati ibunya yang sakit keras dan harus segera dibawa ke rumah sakit. Namun tak sepeser pun uang yang ia dan anggota keluarga lainnya miliki saat itu. demi kesembuhan ibunya, ia nekat menghubungi satu persatu orang yang dikenalnya yang mungkin bisa membantu biaya pengobatan. Hingga akhirnya, ada seorang sahabat lamanya yang dengan cuma-cuma membiayai seluruh biaya yang dibutuhkan untuk kesembuhan sang ibu. <br />
<br />
Terheran sahabat itu bertanya, "Kenapa kamu mau membantu saya?" <br />
<br />
Jawabnya, "Karena saya telah berjanji kepada seseorang untuk senantiasa berbuat baik membantu orang lain" <br />
<br />
Menurut cerita sahabat saya, sahabat lamanya itu pernah pula mendapati kesulitan dalam hidupnya. Ia hampir tak tahu kemana lagi meminta bantuan hingga ia bertemu dengan seseorang yang tak dikenal sebelumnya. Setelah berterus terang, orang tak dikenal itu pun memberikan apa yang dibutuhkan sahabat lama itu. kepada orang itu ia bertanya, "Anda sebelumnya tidak mengenal saya, kenapa Anda mau membantu saya?" <br />
<br />
Anda sudah bisa menduga jawabnya bukan? Tapi ada pertanyaan kedua dari sahabat lama sahabat saya itu, "Bagaimana saya mengganti kebaikan Anda ini?" <br />
<br />
Orang tak dikenal itu menjawab, "Berjanjilah untuk melakukan banyak hal untuk membantu kesulitan orang lain. Itu lebih baik nilainya daripada mengganti apa yang telah saya berikan" <br />
<br />
Begitulah seterusnya hingga saya tak pernah tahu siapa yang pertama kali menyulam jaringan amal kebaikan ini. Sungguh, saya tak pernah tahu. Hanya saja yang pasti akan saya lakukan setiap kali memberikan bantuan kepada orang lain, saya akan berkata, "Berjanjilah untuk melakukan kebaikan yang sama terhadap orang lain yang membutuhkan"<br />
<br />
Oleh : Bayu Gautama <br />
<br />
Eramuslim<br />
<br />
</span>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-12538016333445795202010-06-24T18:52:00.005+07:002010-11-11T14:38:30.126+07:00CIRI-CIRI WANITA SOLEHAH<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TCNG6A5Uo1I/AAAAAAAAAK8/pPcC63V7yaw/s1600/Wanita.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="158" src="http://2.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TCNG6A5Uo1I/AAAAAAAAAK8/pPcC63V7yaw/s200/Wanita.jpg" width="200" /></a></div>Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita untuk menerima gelar solehah, dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah s.w.t. <br />
<br />
Mereka hanya perlu memenuhi 2 syarat saja yaitu: <br />
1. Taat kepada Allah dan RasulNya <br />
2. Taat kepada suami <br />
<br />
Perincian dari dua syarat di atas adalah sebagai berikut: <br />
<br />
1. Taat kepada Allah dan RasulNya <br />
<br />
Bagaimana yang dikatakan taat kepada Allah s.w.t. ? <br />
- Mencintai Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w. melebihi dari segala-galanya. <br />
- Wajib menutup aurat <br />
- Tidak berhias dan berperangai seperti<br />
<a name='more'></a> wanita jahiliah <br />
- Tidak bermusafir atau bersama dengan lelaki dewasa kecuali ada bersamanya <br />
- Sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebajikan dan taqwa <br />
- Berbuat baik kepada ibu & bapa <br />
- Sentiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang <br />
- Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa <br />
- Bersikap baik terhadap tetangga <span class="fullpost">2. Taat kepada suami <br />
- Memelihara kewajipan terhadap suami <br />
- Sentiasa menyenangkan suami <br />
- Menjaga kehormatan diri dan harta suaminya selama suami tiada di rumah. <br />
- Tidak cemberut di hadapan suami. <br />
- Tidak menolak ajakan suami untuk tidur <br />
- Tidak keluar tanpa izin suami. <br />
- Tidak meninggikan suara melebihi suara suami <br />
- Tidak membantah suaminya dalam kebenaran <br />
- Tidak menerima tamu yang dibenci suaminya. <br />
- Sentiasa memelihara diri, kebersihan fisik & kecantikannya serta rumah tangga <br />
<br />
<br />
FAKTOR YANG MERENDAHKAN MARTABAT WANITA <br />
---------------------------------------<br />
<br />
Sebenarnya puncak rendahnya martabat wanita adalah datang dari faktor dalam. Bukanlah faktor luar atau yang berbentuk material sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh para pejuang hak-hak palsu wanita. <br />
<br />
Faktor-faktor tersebut ialah: <br />
<br />
1) Lupa mengingat Allah <br />
<br />
Kerana terlalu sibuk dengan tugas dan kegiatan luar atau memelihara anak-anak, maka tidak heran jika banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya telah lalai dari mengingat Allah. Dan saat kelalaian ini pada hakikatnya merupakan saat yang paling berbahaya bagi diri mereka, di mana syetan akan mengarahkan hawa nafsu agar memainkan peranannya. <br />
<br />
Firman Allah s.w.t. di dalam surah al-Jathiah, ayat 23: artinya: <br />
<br />
" Maka sudahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya. Dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya." <br />
<br />
Sabda Rasulullah s.a.w.: artinya: <br />
"Tidak sempurna iman seseorang dari kamu, sehingga dia merasa cenderung kepada apa yang telah aku sampaikan." (Riwayat Tarmizi) <br />
<br />
Mengingati Allah s.w.t. bukan saja dengan berzikir, tetapi termasuklah menghadiri majlis-majlis ilmu. <br />
<br />
2) Mudah tertipu dengan keindahan dunia <br />
<br />
Keindahan dunia dan kemewahannya memang banyak menjebak wanita ke perangkapnya. Bukan itu saja, malahan syetan dengan mudah memperalatkannya untuk menarik kaum lelaki agar sama-sama bergelimang dengan dosa dan noda. <br />
Tidak sedikit yang sanggup durhaka kepada Allah s.w.t. hanya kerana kenikmatan dunia yang terlalu sedikit. <br />
<br />
Firman Allah s.w.t. di dalam surah al-An'am: artinya:<br />
<br />
" Dan tidaklah penghidupan dunia ini melainkan permainan dan kelalaian dan sesungguhnya negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, oleh karena itu tidakkah kamu berfikir." <br />
<br />
3) Mudah terpedaya dengan syahwat <br />
4) Lemah iman <br />
5) Bersikap suka menunjuk-nunjuk. <br />
<br />
Ad-dunya mata' , khoirul mata' al mar'atus sholich <br />
Dunia adalah perhiasan, perhiasan dunia yang baik adalah Wanita sholihah. <br />
<br />
source : NN diambil dari Sumber klik<a href="http://www.dudung.net/artikel-islami/ciri-ciri-wanita-solehah.html" target="_blank"> Disini</a></span>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-39879850731437370702010-06-11T18:41:00.001+07:002010-11-11T14:41:37.778+07:00Belajar Mendengar<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TBIg4kSVZeI/AAAAAAAAAIE/wzQ6RJG-W4M/s1600/mendengar.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://4.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TBIg4kSVZeI/AAAAAAAAAIE/wzQ6RJG-W4M/s200/mendengar.jpg" width="200" /></a></div>Suatu hari, Rasulullah SAW didatangi oleh Uthbah bin Rabi'ah. Ia seorang utusan bangsawan Quraisy yang berniat membujuk Rasulullah agar berhenti berdakwah. Melihat Uthbah bin Rabi'ah datang, Rasulullah pun berkata kepadanya, ''Katakanlah wahai Abu Al-Walid (panggilan Uthbah), aku pasti akan mendengarkannya.'' Setelah Uthbah bin Rabi'ah berbicara panjang lebar, Rasulullah SAW kembali bertanya, ''Apakah kamu telah selesai berbicara wahai Abu al-Walid?'' <br />
<br />
Ketika utusan Quraisy itu menyampaikan unek-uneknya, Rasulullah SAW mendengarkannya dengan seksama. Setelah Uthbah selesai berbicara, barulah Rasulullah memintanya agar mendengarkan beliau, yang akan membacakan surat Fushilat kepadanya. Akhirnya Uthbah pun yakin bahwa apa yang diserukan Rasulullah adalah kebenaran yang datang dari Dzat Yang Mahabenar. Surat Fushilat, antara lain, menjelaskan, Rasulullah adalah <br />
<a name='more'></a>manusia biasa yang diberi wahyu yang mengajak pada kebenaran. <br />
<br />
Begitu juga, ketika Rasulullah SAW berhadapan dengan Khaulah binti Tsa'labah, yang mengadukan tingkah laku suaminya, Aud bin Shamit. Suaminya itu tanpa sebab yang jelas ingin menjauhi Khaulah. Dengan keteduhan dan perasaan mengayomi, Rasulullah berhasil membuat Khaulah merasa keluhannya <span class="fullpost"> diperhatikan dan didengarkan. Keluhannya tentang sang suami ditanggapi dengan baik oleh Rasulullah. Itulah sebabnya, Khaulah tidak merasa sungkan bercerita tentang problemnya kepada Rasulullah, sehingga jelas jalan keluar dari permasalahan yang menimpanya itu. <br />
<br />
Mendengarkan merupakan suatu proses yang menentukan, apakah hubungan akan berlanjut secara efektif dengan orang lain atau tidak. Dan, ini memerlukan kekuatan emosional. Mendengarkan memerlukan kesabaran, keterbukaan, dan keinginan untuk mengerti perasaan orang lain. Tentu saja, untuk mencapai pola ideal seperti ini diperlukan proses kelapangan dada yang harus dilakukan dan dipelajari terus-menerus hingga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari akhlak keseharian. <br />
<br />
Kalau kita perhatikan, terjadinya berbagai aksi yang sering berakhir dengan bentrokan, yang banyak memakan korban, terjadi karena adanya pihak-pihak yang mengabaikan sikap mengalah dan mau mendengarkan apa yang menjadi unek-unek pihak lain. Padahal, tindakan mendengarkan ini memiliki kekuatan emosional yang mampu meredam ketegangan. Namun, mereka mengabaikannya. Akibatnya, terjadilah apa yang seharusnya tidak perlu terjadi. <br />
<br />
Terkait dengan pentingnya kebiasaan mendengarkan ini, ulama (asy-Syahid) Abdullah Azzam dalam kitabnya Tarbiyah Jihadiyah menjelaskan bahwa hikmah karunia dua telinga dan satu mulut yang dimiliki manusia adalah agar manusia lebih banyak mendengar daripada bicara. <br />
<br />
Esensi dari penjelasan itu adalah agar manusia, terutama para pemimpin dan tokoh masyarakat, tidak terlalu mengobral kata-kata. Dengan kata lain, agar manusia mampu mengendalikan lidahnya, di samping berupaya memfungsikan telinga untuk mau dan bersabar mendengarkan berbagai hal dari orang lain. Wallahu a'lam. <br />
<br />
Oleh: [Muhammad Bajuri] <br />
www.republika.com<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
</span>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-31200999581512859822010-06-07T19:02:00.001+07:002010-11-11T14:42:22.823+07:00Inovasi Beramal<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAzfql5O0iI/AAAAAAAAAH8/ayRk0EuWQR0/s1600/sedekah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="94" qu="true" src="http://3.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAzfql5O0iI/AAAAAAAAAH8/ayRk0EuWQR0/s200/sedekah.jpg" width="200" /></a></div>"Sembahlah Tuhanmu sampai datang suatu keyakinan kepadamu." (Al-Hijr : 99)<br />
<br />
Saudaraku, coba kita ingat dikala kita memilki sebuah baju baru yang merek dan modelnya belum ada yang menggunakannya selain kita, ada sedikit bangga bahkan sangat bangga yang kita rasakan, karena kita mampu tampil beda dan lebih baik dari orang lain. Terasa sakit hati ini bila tidak ada yang memperhatikan atau menanyakan harganya. Lama kelamaan baju seperti yang kita miliki itu juga digunakan oleh orang lain, hati kita sudah mulai biasa-biasa karena memang <br />
<a name='more'></a>baju kita sudah mulai buram, sudah kena tinta dikantongnya, kerahnya sudah banyak kata-kata mutiaranya atau kancingnya sudah ada yang lepas. <br />
<br />
Kita mulai menyadari diri kita bahwa bukan kita saja yang bisa membelinya. Akhirnya setiap hari kita menggunakan baju tersebut dengan perasaan yang biasa-biasa, sudah kita anggap sebagai suatu kebutuhan bukan alat pamer lagi. Di lain waktu hasrat untuk membeli yang baru muncul lagi. Begitulah seterusnya.<br />
<br />
Gambaran diatas hanyalah sebuah contoh bagaimana kita beramal. Di saat kita mulai mencoba sebuah amalan dari ilmu yang kita dapatkan, diri ini juga turut sibuk untuk dipuji atas amal yang kita lakukan. Saat pertama menemukan titik balik kehidupan, sudah bisa shalat teratur, puasa senin kamis atau bisa bersedekah, belum puas rasanya kalau tidak ada orang yang melihat dan menilai tingkat ketaqwaannya. <br />
<br />
Disisi lain dia yakin Allah Maha Pengawas dan tidak patut untuk disekutukan, tapi gejolak rindu sanjungan masih <span class="fullpost">terus menggoda dihati. Saudaraku, bila muncul perasaan begini jangan pernah berhenti untuk beramal. Inilah hidayah, jaga hidayah itu! Allah akan mengajarkan kita ilmuNya yang lain disaat setiap kali kita mengamalkan ilmunya. Jangan karena takut riya kita berhenti beramal! Syaitan akan bertepuk tangan kegirangan karena kita berhenti beramal. Toh mereka juga tidak akan bertanggung jawab atas kelalaian kita di akhirat kelak.<br />
<br />
Semakin hari, kita semakin sadar bahwa amal akan sia-sia bila kita barengi dengan sikap pamer dan bangga diri. Tapi rasa tersebut tetap saja ada di relung qolbu kita. Memang teras begitu rumit, tapi bagi orang yang meyakini dengan ilmu yang lain justru inilah ilmu yang sedang diajarkan oleh Allah kepada kita. <br />
<br />
Dalam surah As-syamsi Allah menegaskan "Fa'al hamaha fujuraha wataqwaha". Allah telah menginstal kedalam qolbu kita kejahatan dan ketaqwaan. Lintasan-lintasan pikiran yang buruk memang sangat mengganggu sekali, padahal kita tidak pernah merencanakan. Saat kita melihat orang yang lebih baik dari kita, pikiran langsung merespon hal yang negative dan positif tergantung magnet mana yang paling kuat dalam jiwa kita. <br />
<br />
Itulah sebabnya Rasulullah mengajarkan kita tentang 7 sunnah yang baik diamalkan, yang salah satunya adalah memperhebat istighfar. Benar-benar lintasan pikiran jahat akan menjadi ladang istighfar bila kita mengetahuinya. Semoga Allah mengganti keburukan pikiran kita dengan kebaikan yang berlipat-lipat ganda banyaknya.<br />
<br />
Saudaraku yang Budiman, jangan menyangka bahwa dengan mengirimkan artikel ini menunjukkan saya lebih mulia dari anda semua. Sama sekali tidak. Saya hanya seorang perajut perca-perca ilmu yang berserakan yang Allah tebar dimuka bumi ini. Semakin sadar bahwa hanya Allahlah pemilik ilmu Maha Luas. "Ah, ternyata saya jago juga menulis ya,..Alhamdulillah email saya ada yang merespon,... syukurlah saya bisa berhikmah dan menampakkan keilmuan saya," demikianlah lintasan-lintasan bisikan dalam hati ini yang ingin sekali saya hapus. Inilah yang bisa membuat kita menangis disaat seusai shalat. <br />
<br />
Kita Harus banyak beristighfar dan bertaubat. Karena Allah ini benar-benar berbuat menurut Kehendaknya. Suka-Sukanya. Tapi suka-suka Dia beda dengan suka-suka kita, Kalau kita suka-suka karena nafsu kita, tapi Allah suka-suka dengan KebijaksanaanNya. Kalau tidak pandai dalam menyikapi lintasan ini maka kita akan berada dalam kehinaan dan kegagalan hidup. Jatuh bangun aku mengejarmu...demikian syair sebuah lagu dangdut. Karena inilah hidup.<br />
<br />
Rasulullah SAW menggambarkan Qolbu kita seperti sehelai bulu ayam di tengah lapangan yang diterpa angin, mudah sekali terbolak-balik karena makna Qolb itu sendiri adalah terbolak balik, sehingga walau di Manajemen Qolbu bagaimanapun dia akan terbolak-balik, tapi bukan berarti kita harus menyerah begitu saja, berhenti shalat sunnat rawatib, berhenti sedekah, berhenti tahajud, berhenti puasa. Jangan saudaraku,..jangan...teruskan saja. Itulah sebabnya Rasulullah SAW sampai 70 kali beristighfar kepada Allah dalam sehari semalam. <br />
<br />
Hati ini benar-benar rahasia Allah dan diri kita sendiri saja yang tahu. Bahkan para Malaikat yang mencatat amal kita tidak tahu niatan dalam hati kita. Jangan heran bila kita pernah mendengar bagaimana Allah melempar amalan seorang hamba yang dibawa oleh Malaikat karena amalannya tidak ikhlas. <br />
<br />
Saudaraku, inti ibadah adalah Do'a. Otak Ibadah adalah Do'a. Senjata umat islam adalah do'a. Inilah beberapa sabda Rasulullah yang patut diamalkan seiring dengan amalan kita yang lainnya. Perbanyak berdo';a agar hati kita tidak dicondongkan kepada kefujuran (keburukan), amalan kita bukan jaminan untuk memasukkan kita dalam jannahNya, amalan kita buat kebaikan kita sendiri, sebagai rahmatan lil alamin, Pengampunan Allah-lah yang justru kita harus gembor-gemborkan. <br />
<br />
Nah, kenapa kita berhenti beramal? Kenapa kita sudah puas dengan amalan kita saat ini? Coba-terus, inovasi terus amal kita. Orang yang bernaluri inovasi akan selalu rindu syariat. Iringi terus dengan istighfar agar pakaian amal kita sudah menjadi kebutuhan bagi diri kita. Bukan untuk pamer lagi. Shalat yang duu kita pamer-pamerkan kini sudah menjadi sebuah kebutuhan rohani kita lagi. Terasa berat bila ditinggalkan. Karena kita semakin sadar bahwa kita bukan apa-apa didunia ini. <br />
<br />
Ilmu kita yang kian banyak dari setiap amalan kita harus mampu mencapai hakikatnya, yakni kesadaran diri. Seorang ahli komputer setinggi apapun ilmunya harus bisa menyadri dirinya bahwa ia bukanlah apa-apa bila dibanding Penciptanya. Awaluddin Ma'rifatullah, Ma'rifatullah Ma'rifatunanfs. Awal agama adalah mengenal Allah, Untuk Mengenal Allah maka kenalilah diri sendiri (nafs).<br />
<br />
Astaghfirullahal 'Adzhiem.<br />
Oleh : Ikhwan</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Milis DT</span><br />
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli IkhtiarAkseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-39617663453053075772010-06-07T18:48:00.002+07:002010-11-11T14:43:55.895+07:00H a t i<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAzcdC-_0dI/AAAAAAAAAH0/DZuSK2AryFo/s1600/Hati.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" qu="true" src="http://2.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAzcdC-_0dI/AAAAAAAAAH0/DZuSK2AryFo/s200/Hati.gif" width="186" /></a></div>Kata Rasulullah saw, ada suatu komponen dalam diri manusia yang jika komponen tersebut baik, maka baiklah keseluruhan individu yang bersangkutan. Kalau buruk maka buruklah semuanya pula. Komponen tersebut tak lain adalah hati. (Tentu saja hati di sini bukan barang yang kita kenal dengan liver, tetapi hati di mana dengannya kita dapat merasa). <br />
<br />
Hati adalah dasar dari fikiran, ucapan serta tindakan. Oleh karenanya perbedaan orang yang beriman dengan orang yang munafik, pertama-tama terwujud dalam hatinya. Orang yang beriman hatinya sehat, dimana salah satu indikasinya ialah ia akan bergetar bila diingatkan kepada Allah, dan bertambah imannya bila dibacakan ayat-ayatNya (QS.6:2). Adapun orang-orang munafik hatinya berpenyakit. Hati yang sakit sulit menerima kebenaran. Tambah sakit, tambah sulit (QS.2:10). Jika dibiarkan semakin parah, lama-kelamaan akan permanen sakitnya (QS. 2:7). Dan untuk orang yang sakit hatinya permanen, disediakan adzab yang pedih. Naudzubillahi min dzalik! <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Nah, agar penyakit ini tidak menggerogoti kita, mari kita memeriksa diri masing-masing (karena penyakit ini tidak bisa diperiksakan ke dokter, bukan?) Serta berusaha mengobati dan mencegah kambuhnya. Untuk itu kitapun perlu mengenal gejala-gejalanya, karena bisa jadi kita akan salah dalam mendiagnosa. Kadang orang sering salah dalam menilai seseorang<span class="fullpost"> Ada orang yang dijuluki baik hati, padahal gejalanya menunjukkan sebaliknya. Hal ini terjadi karena standar penilaian adalah dirinya sendiri, sementara dirinya sendiri itu sakit juga!. <br />
<br />
Salah satu gejala penting yang harus dketahui oleh setiap muslim untuk membuktikan sehat tidaknya hati adalah dengan melihat kondisi hati ini dalam hubungan dengan sesama muslim. Pengobatan penyakit ini penting bukan saja untuk penyelamatan diri pribadi dari azab, melainkan pula dalam rangka pembinaan persatuan dan persaudaraan umat. <br />
<br />
Baiklah mari kita waspadi beberapa gejala penyakit hati di bawah ini: <br />
<br />
Prasangka buruk<br />
<br />
Memang prasangka untuk menyebutkan "jangan-jangan" & "atau aku khawatir" namun hakekatnya ia merupakan tuduhan tanpa bukti, sehingga nabi menyamakan hal ini dengan sedusta-dustanya kata! <br />
<br />
Meraba-raba dan mencari-cari kesalahan.<br />
<br />
Masih mirip dengan prasangka, meraba-raba adalah suatau usaha mencari ukti tanpa melihat langsung atau tanpa data yang memadai. Karena cuma meraba, bukan melihat jelas cenderung salahnya. Begitu pula mencari-cari kesalahan akan menjerumuskan pada ketidak adilan. Karena kesalahan kecil bisa diperbesar, padahal siapa sih orang yang bebas dari kesalahan? <br />
<br />
Debat<br />
<br />
Indikasi penyakit hati yang lain adalah kegemaran berdebat dengan sesama muslim, mengapa harus berdebat, bukankah segala sesuatu dapat dikembailkan kepada Allah dan RasulNya dan dapat dimusyawarahkan? Karena debat adalah bentuk sikap mau menang sendiri atau maunya mengalahkan orang lain.<br />
<br />
Dengki<br />
<br />
Ini berhubungan erat dengan debat, karena sikap mau menang sendiri mempunyai kelanjutan tidak senang dengan kesenangan orang lain, sehingga orang dengki sealu mengharapkan hilangnya nikmat atas diri orang ain. <br />
<br />
Benci<br />
<br />
Ini sudah jelas. Benci adalah penyakit hati yang paling kronis yang awalnya adalah rasa tidak suka. <br />
<br />
Apabila penyakt-penyakit ini bersarang dalam diri orang muslim, maka akibatnya akan muncul sikap permusuhan, saling membelakangi atau tidak peduli. Sikap permusuhan ini biasa terjadi dalam bentuk penghinaan, pelecehan ataupun yang lebih dahsyat yakni penganiayaan. Dan Nabi pun bersabda, bahwa seseorang dianggap jahat, bila ia mengejek saudaranya sesama muslim. <br />
<br />
Itulah penyakit hati yang harus diobati dan dicegah dengan cara membiasakan diri membalikkan gejalanya, yaitu : berbaik sangka, melihat kebaikan-kebaikan orang lain menyelesaikan masalah dengan bermusyawarah, ikut bersyukur atas nikmat orang lain, ikut bersedih atas kesusahan saudaranya dimana wujud semua itu adalah mencintai, yang berawal dari rasa suka. Dengan adanya cinta, maka akan muncul penghormatan serta rasa persaudaraaan yang hakiki (QS. 49:10) <br />
<br />
Wanita, umumnya rawan terhadap masalah hati ini. Sebagai misal, Siti Aisyah pernah ditegur Rasulullah hanya lantaran mengomentari seseorang dalam hati. Ketika itu ada seseorang yang jangkung namun bajunya kependekan dan seseorang yang pendek namun bajunya kepanjangan. Lalu keadaan tersebut dikomentari kurang lebih semacam ini : "Wah, mestinya baju mereka ditukar saja, dari pada kayak gitu, yang satu kepanjangan yang satu kependekan".<br />
<br />
Sekali lagi, Siti Aisyah mengungkapkan hal itu hanya dalam hati. Bukan diomongkan langsung (diceletukin) seperti biasa dilakukan orang sekarang. Tetapi toh hal itu sudah dianggap suatu kesalahan. <br />
<br />
Sementara kita ?<br />
<br />
Sudahlah, lebih baik kita segera beristighfar, mohon ampun kepada-Nya serta minta perlindungan agar tidak tergelincir dan terperosok. Agar kita tidak salah dalam menyetel hati, sehingga tahu meletakkan sisi benci dan sisi cinta secara tepat, yaitu cinta karena Allah dan benci karena Allah, atau dengan kata lain "Cinta apa-apa yang dicintai Allah dan benci apa-apa yang dibenci Allah", sambil senantiasa berdoa sebagaimana firman-Nya (QS. 3:8) : <br />
<br />
"YA Allah Rabb kami, janganlah Engkau balikkan hati kami sesudah Engkau tunjuki kami dan berilah rahmat bagi kami dari MU, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi". <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
sumber :Oleh : Uswah<br />
www.alhikmah.com </span>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-59013054530357334582010-06-07T18:22:00.001+07:002010-11-11T14:46:53.516+07:00Tahajud Penenang Hati<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAzWXkJZkhI/AAAAAAAAAHk/cKcWGs4CM5o/s1600/tahajud.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="113" qu="true" src="http://2.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAzWXkJZkhI/AAAAAAAAAHk/cKcWGs4CM5o/s200/tahajud.jpg" width="200" /></a></div><br />
Allah SWT berfirman, ''Dan pada sebagian malam hari bershalat Tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.'' (Al-Israa': 79). Firman Allah ini merupakan salah satu dasar disyariatkannya shalat Tahajud. Dengan begitu, shalat Tahajud sangat dianjurkan dalam Islam. Bahkan, shalat Tahajud menduduki posisi kedua setelah shalat wajib.<br />
<br />
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, ''Shalat yang manakah yang paling utama setelah shalat wajib?'' Rasulullah SAW menjawab, ''Shalat Tahajud!'' (HR Muslim). <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Tahajud sendiri artinya bangun dari tidur. Dengan demikian, shalat Tahajud adalah shalat yang dikerjakan di malam hari dan dilaksanakan setelah tidur terlebih dahulu, walaupun tidurnya hanya sebentar. Shalat Tahajud <span class="fullpost">yang dilakukan di tengah malam, di mana kebanyakan manusia terlelap dalam tidurnya dan berbagai aktivitas hidup berhenti, serta suasana begitu hening, sunyi, dan tenang, sangat menunjang konsentrasi seseorang yang akan mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT. Di samping kondisi eksternal ini, juga terdapat kondisi internal, yaitu sebuah ketenangan yang dirasakan oleh psikis atau batin manusia yang melakukan shalat Tahajud. <br />
<br />
Ketenangan dan ketenteraman yang diperoleh oleh seseorang yang melakukan shalat Tahajud memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi. Sebab, dalam shalat Tahajud terdapat dimensi dzikrullah (mengingat Allah). Ini sebagaimana firman Allah SWT, ''(yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.'' (Ar-Ra'd: 28). <br />
<br />
Sehingga, dalam hal ini terdapat rumusan hukum imbasan atau sebab akibat (kausalitas). Yakni, bila kita ingin mendapatkan rasa tenang dan tenteram, maka berdekat-dekatlah kepada Dia Yang Mahatenang dan Mahatenteram, agar sifat-sifat itu mengimbas kepada kita.<br />
<br />
Dengan demikian, shalat Tahajud yang dikerjakan dengan ikhlas akan mampu mengurangi beban kejiwaan yang sedang menyelimuti seseorang. Allah SWT berfirman, ''Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari.'' (Al-Muzammil: 1-2). <br />
<br />
Kata berselimut dalam ayat di atas secara kontekstual dapat diartikan dengan orang yang sedang dirundung masalah: Kegelisahan, kecemasan, kekhawatiran, atau ketakutan karena menghadapi berbagai kemungkinan yang menimpanya. Sebab, ayat tadi turun setelah Rasulullah SAW mulai mendapatkan olok-olok dan ancaman dari kaum Quraisy. <br />
<br />
Shalat Tahajud merupakan kebutuhan dalam menghadapi problem kehidupan. Rasulullah SAW bersabda, ''Kalian harus mengerjakan shalat malam, sebab itu kebiasaan orang-orang saleh sebelummu, jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, penebus dosa dan kejelekan, serta penangkal penyakit dari badan.'' (HR Tirmidzi). Wallahu a'lam bish-shawab. <br />
<br />
Sumber :<br />
Oleh : Muhammad Bajuri <br />
<br />
www.republika.com </span>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-20160897636655437262010-06-07T17:57:00.003+07:002010-11-11T14:58:34.434+07:00Jangan Sia-siakan Masa Mudamu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAzQbDTUlTI/AAAAAAAAAHc/D2H_Sp1H5rg/s1600/semangat+muda.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" qu="true" src="http://3.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAzQbDTUlTI/AAAAAAAAAHc/D2H_Sp1H5rg/s200/semangat+muda.jpg" width="200" /></a></div>Masa muda merupakan masa keemasan setiap anak manusia, masa dimana semua potensi potensial terkumpul dalam beragam bentuk dan warnanya pada diri pemuda. Masa yang sangat dirindukan oleh kalangan tua dalam khayalan perkataannya, “Andaikan masa muda dapat terulang kembali“, bahkan merupakan pondasi tegaknya peradaban suatu bangsa.<br />
<br />
Sungguh indah untaian kalimat yang mengalir dari seorang mujahid dakwah yang telah mengorbankan harta bahkan jiwanya kepada para pemuda didalam suatu liqo`at (pertemuan) :<br />
<br />
"Wahai para pemuda ......Sesungguhnya kesuksekasan suatu fikrah (ideologi) dilandasi oleh keimanan yang mengakar, keikhlasan yang murni dalam menempuh perjalanannya, semangat yang menggelora dan aktor yang mampu menopang fikroh ini dalam bentuk amal dan pengorbanan. Keempat perihal ini (keimanan, keikhlasan, semangat dan amal) merupakan ciri khas para pemuda.<br />
<a name='more'></a> <br />
<br />
Karena pondasi keimanan <span class="fullpost">adalah hati yang cerdik, pondasi keikhlasan adalah hati yang suci, pondasi semangat yang menggelora adalah perasaan yang sensitif dan pondasi beramal adalah azzam (motifasi yang kuat) seorang pemuda. Semua ini tidak terdapat kecuali pada jiwa pemuda ...!!!”<br />
<br />
Akhi & ukhti fiilah ...Berapa banyak waktu yang telah kita sia-siakan dalam keseharian aktivitas kita, berapa banyak waktu kita yang terbuang sia-sia karena tidak ihtimah (perhatian) terhadap waktu yang Allah berikan kepada kita. Ia merupakan suatu amanah yang akan dipinta pertanggungjawabannya oleh Allah pada hari akherat, “waktu mudamu untuk apa engkau pergunakan?”. berulang kali kita mendengar, membaca, mengucapkan bahkan menelaah perkataan, “tanggung jawab kita lebih banyak dari waktu yang tersedia.” Ataukah kita lalai dan melupakannya?<br />
<br />
Akhi & ukhti fiilah ...Allah telah mengajarkan kita akan urgensi waktu dalam kehidupan kita bahkan Allah memperingati kita didalam surat Al ‘Ashr, “Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran." (QS. 103: 1-3). <br />
<br />
Baginda Rosulullah SAW pun telah berwasiat kepada kita, “waktu itu seperti pedang, bila kita tidak memotongnya maka kita akan dipotongnya.” <br />
<br />
Akhi & ukhti fillah ...Dakwah sangat memerlukan rijal yang mampu memenej waktunya untuk kemaslahatan Islam dan muslimin. maju mundurnya umat ini ada ditangan kita sebagai pemuda. Apakah kita sudah siap? Cobalah renungi nasehat imaniyah dari imam syahid semoga menjadi bahan renungan untuk menyusun langkah kedepan meraih kejayaan Islam dan muslimin, <br />
<br />
“... bertolak dari sinilah sesungguhnya tanggung jawab kalian sangat banyak dan besar ... diatas pundak kalian terpikul hak-hak dan amanah umat yang harus kalian bawa dan tunaikan ... oleh karena itu kalian haruslah berpikir panjang, banyak bekerja, meletakan kondisi dan situasi pada tempatnya dan bersegera mengewejantahkannya serta menunaikan hak-hak umat secara paripurna.”<br />
<br />
Wallahu’alam bish showab<br />
<br />
Oleh:<br />
Abdurrahman azzam - Cairo <br />
<br />
http://alhikmah.com </span>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-51307389373147964452010-06-05T19:48:00.002+07:002010-11-11T14:48:50.401+07:00Kekuatan Doa<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TApHcwU4byI/AAAAAAAAAGs/59XKOBsFXRY/s1600/doa.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" gu="true" height="194" src="http://4.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TApHcwU4byI/AAAAAAAAAGs/59XKOBsFXRY/s200/doa.jpg" width="200" /></a></div>Dalam sebuah riwayat diceritakan ketika sahabat datang menemui Rasulullah dan berkata, ''Ya Rasulullah, saya terbelit utang, tolonglah saya.'' Tak berselang lama, sahabat lain juga datang dan mengadukan hal yang sama, ''Ya Nabiullah, saya tidak punya uang.'' <br />
<br />
Selanjutnya, kepada yang kedua, Rasulullah memberikan sebuah kapak dan memerintahkan sahabat tersebut pergi mencari kayu bakar untuk dijual di pasar, sedangkan kepada sahabat yang pertama Rasulullah tidak memberikan apa-apa kecuali hanya mengajarkan sebuah doa untuk diamalkan, ''Ya, Allah aku berlindung dari perasaan gundah gulana, lilitan utang, dan intimidasi orang-orang kuat.'' <br />
<br />
Penggalan kisah di atas mengandung suatu pelajaran yang sangat dalam bahwa ketika sahabat mengadukan kondisinya yang pailit dan dililit utang serta kesulitan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, <span class="fullpost">secara gamblang bisa kita pahami pada intinya mereka berharap Rasululah memberikan uang sesuai dengan kemampuan beliau.<a name='more'></a><br />
<br />
Tapi, di luar dugaan mereka, Rasulullah tidak memberikan uang, tapi hanya memberikan sebuah kapak dan sebuah doa. Tentu saja bukan berarti Rasululah tidak punya uang, tapi Nabi ingin mendidik sahabat beliau dengan memberikan pelajaran.<br />
<br />
Pertama, perilaku minta-minta adalah sifat yang dibenci Allah, karena merupakan perendahan harga diri di depan manusia, menghilangkan rasa malu, dan yang terpenting pasti akan membelenggu diri untuk kebiasaan buruk, akan menjadi orang tidak mau berusaha. Seandainya Rasulullah memberikan uang, pasti sahabat tersebut akan datang lagi ketika kembali kehabisan uang. <br />
<br />
Kedua, Rasulullah ingin mendidik mental para sahabat beliau, dan kita umatnya, agar jangan bermental rendah diri dan selalu bergantung kepada orang lain, walaupun itu saudara sendiri. <br />
<br />
Ketika mental sudah terdidik selalu mengandalkan utang, berarti kita sudah membelenggu otak dan pikiran untuk tidak mau berusaha mendapatkan uang dengan cara lain. Sikap mental manusia adalah unsur penting dalam meraih keberhasilan. Seseorang yang bermental pantang menyerah tentulah dalam setiap usaha akan selalu berusaha keras dan setiap rintangan hanya dianggap cobaan kecil dan anak tangga untuk meraih keberhasilan. <br />
<br />
Sebaliknya, seseorang yang bermental korup sudah tentu di setiap detik yang terlintas dalam pikirannya bagaimana hari ini mendapatkan uang banyak dan metode apalagi yang harus diterapkan. Ini menunjukkan sikap sangat pengecut karena takut miskin dan sekaligus musyrik karena tidak percaya rezeki dari sang pencipta.<br />
<br />
Di akhir riwayat, kedua sahabat tersebut mendatangi Rasulullah kembali dan mengatakan bahwa mereka sudah tidak punya utang lagi dan sudah bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Terbukti bahwa doa memberikan motivasi diri untuk melepaskan diri dari belenggu utang yang merupakan sumber gundah gulana.<br />
<br />
Dan juga doa dijadikan senjata orang beriman, yang berarti merupakan bekal dan sekaligus tameng untuk menghadapi kesulitan hidup yang kita temui. Allah berjanji mengabulkan setiap doa hambanya di dunia atau akan menjadi simpanan di akhirat kelak. <br />
<br />
Oleh :Okrisal Eka Putra<br />
http://www.republika.com</span>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-11881178325136980142010-06-05T19:41:00.001+07:002010-11-11T14:49:24.732+07:00Betapa Indahnya Salam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TApFz4W851I/AAAAAAAAAGk/AnD7meNoPHA/s1600/salam.bmp" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" gu="true" height="167" src="http://4.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TApFz4W851I/AAAAAAAAAGk/AnD7meNoPHA/s200/salam.bmp" width="200" /></a></div>Dari Abdullah bin Amr bin Ash, bahwasanya ada seorang yang bertanya kepada Rasulullah Saw: Bagaimanakah Islam yang baik itu?” Beliau menjawab, “Yaitu mau memberi makanan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan kepada orang yang belum kamu kenal.” (HR. Bukhari Muslim). <br />
<br />
Assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh. Salam itu tak lagi terdengar sumbang di telinga, karena ia nyaris sudah menjadi budaya. Kini nyaris semua orang menjadikannya sebagai salam pembuka, mengawali teks pidato, memulai ceramah, mengantarkan pembicaraan dan sapaan kesopanan. Hingga ia pun terdengar lumrah, seperti halnya selamat pagi, kulonuwun, punten, permisi…. <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Namun mungkin tak banyak yang masih mengingat, Sang Kekasih Allah telah bersabda, bahwa ucapan itu menjadi salah satu parameter kebaikan seorang muslim, sebagaimana diriwayatkan Bukhari dan Muslim di atas; Berislamlah dengan baik dengan mengucap salam kepada yang engkau kenal dan tidak engkau kenal… <br />
<br />
Assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh, Ucapan ini sudah sedemikian akrab di lidah ummat muslim. Tiada kagok orang mengucapkannya<span class="fullpost">Baik yang memang setiap hari menyebutnya minimal lima kali sehari di akhir shalat, maupun mereka yang hanya membasahi lidah dengan salam di acara-acara resmi. <br />
<br />
Tapi sudahkah ia menjadi menjadi sarana pengikat cinta? Sebagaimana kabar yang disampaikan Abu Hurairah ra? Ia bberkata: Rasulullah Saw bersabda, ”… Maukah kamu sekalian aku tunjukkan sesuatu yang apabila kamu mengerjakannya maka kamu sekalian akan saling mencintai? Yaitu sebarkanlah salam diantara kamu sekalian”. (HR Muslim). <br />
<br />
Assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh, Sungguh kalimat ini amat mudah diucapkan. Hingga kadang orang meremehkan. Bahkan ada yang hendak menggantikannya dengan selamat pagi, atau sapaan lokal dan teritorial lainnya. Tidakkah teringat kata seorang sahabat, Abu Yusuf (Abdullah) bin Salam ra: Saya mendengar Nabi ‘alaihissalaam bersabda: “Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam, berikanlah makanan, hubungkanlah tali peraudaraan, dan shalatlah pada waktu manusia sedang tidur, niscaya kamu sekalian akan masuk surga dengan selamat.” (HR Turmudzi). Duhai, alangkah nikmatnya! Ternyata tiket surga tidak mahal. ‘Cukup’ dengan menyebarkan salam. <br />
<br />
Assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barakatuh, Betapa cinta Rasulullah dengan untaian kata ini. Hingga tak lepas lisannya dari salam di setiap waktu dan kesempatan. Saat mendatangi suatu kaum, Rasulullah mengucapkan salam ini dengan diulang tiga kali. Saat Beliau melewati sekumpulan kaum wanita, saat bertemu dengan sekelompok anak-anak, saat bertamu atau memasuki rumahnya sendiri, doa rahmah itu mengalun indah dari bibirnya. Bahkan saat di dalam majelis, beliau tak bosan membalas salam sahabatnya yang hadir satu persatu, pun ketika mereka satu demi satu kemudian meninggalkan majelis dan kembali mengucap salam. Bahkan beliau pernah bersabda: “Apabila salah seorang diantara kalian bertemu dengan saudaranya, maka hendaklah ia mengucap salam kepadanya. Dan seandainya diantara keduanya terpisah oleh pohon, dinding atau batu, kemudian bertemu kembali, maka hendaklah ia mengucapkan salam lagi”. (Disampaikan oleh Abu Hurairah, HR Abu Dawud). <br />
<br />
Maka tak heran, jika Abdullah bin Umar suka pergi ke pasar, meski tak hendak membeli sesuatu. Kepada Tufail bin Ubay bin Ka’ab yang pernah menemaninya ia berkata, ”Wahai Tufail, mari ke pasar. Kita sampaikan salam kepada siapa saja yang kita jumpai. Maka berpuluh kali kalimat itu meluncur sejuk dari mulutnya, kepada para pedagang, pembeli, para kuli, tukang rombengan hingga warga papa. <br />
<br />
Maka sungguh indah, jikalah salam itu disebarkan oleh wajah penuh senyuman, dihayati dan diresapi sebagaimana Abbas Assisi menyampaikan dalam surat-surat kepada sahabat-sahabatnya: Salaam Allah ‘alaika wa rahmatuhu wa barakaatuh. Sungguh damai dan nyaman, jika salam kita sampaikan sebagai ta’abbudan (ibadah) dan mahabbah (kecintaan), bukan sekedar kebiasaan. Salaam Allah yaa Ikhwatii, ya khalilii, wa rahmatuhu wa barakatuh. (Semoga Allah memberikan kedamaian, kasih mesra dan barakahNya untukmu saudaraku, sahabatku).<br />
<br />
Oleh : moch_aries <br />
http://www.Myquran.com<br />
<br />
</span>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-61156133357221312702010-06-03T15:44:00.002+07:002010-11-11T14:52:00.736+07:00Keutamaan Sujud<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAdrWgvv2QI/AAAAAAAAAFY/ffWobygXoHU/s1600/sujud.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" gu="true" height="132" src="http://3.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAdrWgvv2QI/AAAAAAAAAFY/ffWobygXoHU/s200/sujud.jpg" width="200" /></a></div>Dalam hadis riwayat Muslim diceritakan, Rabi'ah bin Ka'ab pernah bermalam bersama Rasulullah SAW. Ia dengan senang hati membantu keperluan-keperluan beliau, termasuk menyediakan air wudhu. Selesai wudhu, Rasulullah menyuruh Rabi'ah agar menyampaikan keinginannya. ''Aku ingin bersama Tuan di surga,'' ujar Rabi'ah. ''Apakah ada permintaan lain,'' tanya Rasulullah. ''Hanya itu Tuan.'' Lalu Rasulullah SAW bersabda, ''Bantulah aku untuk (kebaikan)-mu dengan banyak bersujud.'' <br />
<br />
Sujud, menurut pakar tafsir Al-Ashfahani, bermakna merendahkan dan menghambakan diri kepada Allah (al-tadzallul lillah wa 'ibadatih). Sujud dalam pengertian ini tidak boleh dilakukan<br />
<a name='more'></a>kecuali hanya kepada Allah SWT semata. Sujud dan penyembahan kepada selain Allah, dilarang keras dalam Islam, karena selain bertentangan dengan prinsip tauhid, juga karena hal itu dapat merendahkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk tertinggi ciptaan Allah. <br />
<br />
Sujud, kata Al-Ashfahani, adakalanya dilakukan dengan sukarela (ikhtiyar). Inilah sujud seorang Muslim, baik waktu shalat, mendengarkan bacaan Alquran (sujud tilawah), maupun ketika ia mendapatkan<span class="fullpost">kenikmatan (sujud syukur). Firman-Nya, ''Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhan-mu, dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.'' (Al-Hajj: 77). <br />
<br />
Sujud adakalanya pula dilakukan secara mekanistik melalui ketetapan dari Allah (taskhir). Inilah sujud tumbuh-tumbuhan, binatang, dan semua benda-benda baik di langit maupun di bumi, termasuk di dalamnya sujud para malaikat. Allah SWT berfirman, ''Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedangkan mereka tidak menyombongkan diri.'' (An-Nahl: 49). <br />
<br />
Sebagai perintah agama, sujud merupakan salah satu perbuatan yang sangat dicintai oleh Allah SWT. Di dalamnya terkandung keutamaan-keutamaan yang sangat banyak. Di antaranya sujud memperlihatkan kebiasaan manusia di hadapan kebesaran dan keagungan Allah SWT. Dikatakan demikian, karena dengan sujud manusia rela meletakkan wajah, simbol kehormatannya, ke tanah/lantai. <br />
<br />
Keutamaan lainnya, sujud mendidik manusia bersikap rendah hati dan menjauhkannya dari sikap sombong atau takabur. Makin banyak orang bersujud, maka makin bersih jiwanya dan makin tinggi kesadaran rohaninya. Rasulullah SAW bersabda, ''Hendaklah kamu banyak bersujud, karena sesungguhnya tiada engkau bersujud sekali kepada Allah, kecuali Allah menaikkan derajatmu dan menghapuskan dosa dan keburukanmu.'' (HR Muslim). <br />
<br />
Keutamaan yang lain lagi, sujud menunjukkan kesungguhan dan kesejatian baik dalam ibadah maupun doa. Karena itu, Rasulullah SAW menyuruh kaum Muslimin agar banyak bersujud, supaya mereka lebih dekat kepada Allah dan doanya lebih mudah terkabul. Inilah makna firman Allah SWT, ''Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu termasuk orang-orang yang bersujud.'' (Al-Hijr: 98). Wallahu a'lam<br />
<br />
<br />
Sumber : A Ilyas Ismail<br />
www.republika.co.id</span>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-49123930253607399472010-06-03T15:25:00.001+07:002011-11-23T10:32:10.852+07:00Belajar dari Biji<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAdm0Y5s6uI/AAAAAAAAAFQ/s9mvqE_t2YY/s1600/gandum.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; cssfloat: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" gu="true" height="200" src="http://3.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAdm0Y5s6uI/AAAAAAAAAFQ/s9mvqE_t2YY/s200/gandum.jpg" width="186" /></a></div>Perhatikanlah hikmah Allah SWT meletakkan isi/biji di dalam buah! Di antara faedahnya, dia berfungsi seperti tulang untuk badan hewan. Dengan kekerasannya, dia menahan kelunakan buah. Kalau tidak ada biji, buah akan pecah dan cepat rusak. Ia seperti tulang, dan buah itu seperti daging yang dibungkuskan oleh Allah SWT pada tulang.<br />
<br />
Di antara manfaatnya juga, melestarikan jenis pohon. Sebab, mungkin pohon akan mati. Maka, diciptakanlah apa yang menggantikannya, yaitu biji yang ditanam sehingga menumbuhkan seperti pohon induknya.<br />
<br />
Manfaat selanjutnya, kandungan yang terdapat dalam biji-bijian itu seperti bahan makanan, minyak, obat, dan berbagai <span class="fullpost">kegunaan lain yang dipelajari manusia. Tapi, yang tak mereka ketahui lebih banyak. Perhatikanlah hikmah</span><br />
<a name='more'></a><span class="fullpost"> Allah SWT mengeluarkan biji-bijian itu untuk manfaat-manfaat tersebut dan membungkusnya dengan daging yang lezat untuk konsumsi anak Adam.<br />
<br />
Perhatikan pula hikmah yang menakjubkan ini. Allah SWT menciptakan buah yang lunak yang dapat rusak oleh udara dan matahari mempunyai kulit penutup yang menjaganya. Contohnya. delima, buah pala, buah badam, dan sebagainya. Sedang buah yang tidak rusak apabila tampak, Allah SWT memberinya penutup pada saat pertama kali keluar. Penutup ini melindunginya karena ia masih lemah dan kurang tahan terhadap panas. Apabila telah mengeras dan kuat, kulit penutup itu terbelah sehingga ia terkena sinar matahari dan udara. Contohnya, mayang kurma dan sebagainya.<br />
<br />
Sekarang perhatikan pertumbuhan yang diberikan Allah SWT pada tanaman pertanian, sampai-sampai satu biji saja mungkin menghasilkan tujuh ratus biji. Kalau satu biji hanya membuahkan satu biji juga, tentu hasil panen tidak cukup jadi benih untuk ditanam lagi dan untuk bahan makanan manusia. Maka, tanaman pertanian punya pertumbuhan seperti itu untuk memenuhi kebutuhan pangan sekaligus bibit perkembangbiakan. Begitu pula buah pepohonan dan kurma.<br />
<br />
Demikian juga cabang-cabangnya yang keluar dari satu batang sehingga dapat menggantikan batang yang telah ditebang dan dipakai manusia hingga tanaman itu tidak punah dan berkurang. Kalau pemimpin sebuah daerah ingin memakmurkan daerahnya, ia pasti memberi penduduk daerah itu benih tanaman dan juga memberikan bahan makanan sampai masa panen. Maka dari itu, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Tahu mengeluarkan banyak biji dan satu biji agar hasilnya dipakai untuk makanan manusia dan disimpan untuk ditanam lagi.<br />
<br />
Kemudian perhatikanlah hikmah biji-bijian seperti gandum dan sejenisnya. Bagaimana biji gandum itu berada di dalam kulit, dan ujungnya berbentuk seperti mata tombak sehingga burung-burung tidak dapat merusaknya. Kalau kebetulan biji itu berada di luar tanpa kulit penutup yang melindunginya dari burung, tentu dia dapat berbuat sesukanya, merusak dan menyantap semaunya, dan para petani tidak dapat mengusirnya.<br />
<br />
Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Tahu menciptakan pelindung-pelindung itu untuk menjaganya sehingga burung hanya dapat mengambil sekedar kebutuhan pangannya. Kebanyakan sisanya untuk manusia karena manusia lebih berhak mendapatkannya karena dialah yang bekerja keras mengeluarkan keringat menanamnya. juga karena kebutuhan manusia terhadap biji-bijian jauh melebihi kebutuhan burung. <br />
<br />
<br />
<br />
Sumber : Milis DT<br />
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar </span>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-22998531373696868692010-05-31T14:41:00.001+07:002011-11-23T10:57:38.574+07:00Anjuran Mencari Ilmu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TANnzkNybuI/AAAAAAAAAFI/H-OKqoehDqU/s1600/Mencari+ilmu.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; cssfloat: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" gu="true" height="200" src="http://2.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TANnzkNybuI/AAAAAAAAAFI/H-OKqoehDqU/s200/Mencari+ilmu.jpg" width="125" /></a></div><br />
ANJURAN MENCARI ILMU, BELAJAR DAN MENGAJARKANNYA SERTA KEUTAMAAN ILMU, ORANG ‘ALIM DAN ORANG YANG BELAJAR<br />
<br />
Rosulullah Saw bersabda, “Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Dia akan memberikan kepahaman agama kepadanya." (HR. Bukhari dan Muslim)<br />
<br />
Rosulullah Saw bersabda, “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya bagaikan menggantungkan permata mutiara dan emas pada babi hutan." (HR. Ibnu Majah dan lainnya)<br />
<br />
Mencari ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam, pria maupun wanita. <br />
<a name='more'></a>Kewajibannya tidak terbatas pada masa<span class="fullpost"> remaja, tetapi sampai tua pun kewajiban mencari ilmu tidak pernah berhenti.<br />
<br />
Dalam kitab “Ta’limul Muta’allim" disebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut terlebih dahulu adalah “ilmu Haal" yaitu ilmu yang seketika itu pasti digunakan dan diamalkan bagi setiap orang yang sudah baligh. Seperti ilmu Tauhid dan ilmu Fiqih. Di dalam ilmu Tauhid yang harus dipelajari dahulu mengenal ke-Esaan Allah serta sifat-sifat-Nya yang wajib dan muhal, kepercayaan kepada malaikat, kitab-kitab Allah, para Rosul, hari kiamat dan takdir dan buruk adalah dari Allah. Kemudian di dalam ilmu Fiqih yang harus dipelajari berkisar tentang Ubudiyyah dan Muamalah.<br />
<br />
Apabila dua bidang ilmu itu telah dikuasai, baru mempelajari ilmu-ilmu lainnya, misalnya ilmu kedokteran, dan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi manusia.<br />
<br />
Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga lebih mengutamakan ilmu-ilmu umum daripada ilmu agama. Maka anak menjadi orang yang buta agama dan menyepelekan kewajiban-kewajiban agamanya. Dalam hal ini orang tua perlu sekali memberikan bekal ilmu keagamaan sebelum anaknya mempelajari ilmu-ilmu umum yang beraneka ragam macamnya.<br />
<br />
Rosulullah Saw bersabda, “Terhadap orang yang mencari ilmu, malaikat membentangkan sayap-sayapnya untuknya karena rela terhadap apa yang dicari." (HR. Ibnu Asakir)<br />
<br />
Rosulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang kedatangan ajal, sedang ia masih menuntut ilmu, maka ia akan bertemu dengan Allah di mana tidak ada jarak antara dia dan antara para nabi kecuali satu derajat kenabian." (HR. Thabrani)<br />
<br />
Mencari ilmu adalah amal yang mulia dan terpuji. Khususnya ilmu agama Islam. Sebab, dengan menekuni ilmu-ilmu agama, berarti dia telah merintis jalan untuk mencari ridho Allah. Dengan ilmu itu ia dapat menghindari larangan-larangan Allah dan menjalankan perintah-Nya. Karena itulah para malaikat selalu melindungi orang-orang yang sedang menuntut ilmu. Dan kelak di hadapan Allah mereka mendapat kemuliaan yang hanya terpaut satu derajat dengan para nabi.<br />
<br />
Rosulullah Saw bersabda, “Dunia itu dilaknat, dan dilaknat pula apa yang ada di dalamnya kecuali zikir (ingat) kepada Allah beserta apa-apa yang mengikutinya, orang ‘alim dan orang yang belajar." (HR. Turmudzi)<br />
<br />
Rosulullah Saw bersabda, “Sedekah yang paling utama adalah orang Islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada orang lain." (HR. Ibnu Majah)<br />
<br />
Dunia beserta isinya dilaknat oleh Allah kecuali zikir kepada-Nya dan amalan-amalan yang bisa membuat orang ingat kepada-Nya, orang yang berilmu dan orang yang menuntut ilmu. Lebih utama lagi orang yang mau menuntut ilmu kemudian ilmu itu diajarkan kepada orang lain. Inilah sedekah yang paling utama dibanding sedekah harta benda. Mengapa demikian? Karena mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama, berarti menanam amal yang muta’addi (dapat berkembang) yang manfaatnya bukan hanya dikenyam orang yang diajarkan itu sendiri, tetapi dapat dinikmati orang lain.<br />
<br />
Rosulullah Saw bersabda, “Ilmu itu lebih utama dari pada ibadah, sedang sebaik- baik agama adalah sifat waro'" (HR. Thabrani)<br />
<br />
Waro' ialah menjauhkan diri dari dosa, barang syubhat dan maksiat. Sedang barang syubhat ialah barang yang masih diragukan halal dan haramnya. Hanya orang-orang yang berilmulah kiranya yang dapat menjalankan ibadah dengan baik dan sempurna serta berlaku waro' dalam segala perilakunya.<br />
<br />
Abi Umamah berkata, “Ditunjukkan kepada Rosulullah Saw dua orang laki-laki, salah satu dari keduanya ahli ibadah sedang yang lain orang ‘alim." Maka Rosulullah Saw bersabda, “Keutamaan orang ‘alim dibanding dengan orang ahli ibadah seperti keutamaanku terhadap orang yang paling rendah dari kalian. Rosulullah melanjutkan, “Sesungguhnya Allah, malaikat-Nya serta penghuni langit dan bumi hingga semut yang ada di liangnya sampai kepada jenis ikan, semuanya mendo’akan orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia." (HR. Thurmuzdi)<br />
<br />
Yang dimaksud orang ‘alim, adalah orang ‘alim yang mau mengamalkan ilmunya, sedang orang yang ahli ibadah, adalah orang yang tekun beribadah tetapi bodoh, jadi orang ‘alim yang mengamalkan ilmunya itu lebih utama dari pada orang bodoh yang ahli ibadah.<br />
<br />
Rosulullah Saw bersabda, “Allah tidaklah disembah dengan sesuatu yang lebih utama dari pada kepahaman agama. Dan sungguh satu orang yang paham dalam agama itu lebih berat bagi setan dari pada seribu orang ahli ibadah. Dan setiap sesuatu itu ada tiangnya, sedang tiangnya agama ini adalah fiqih (paham)." (HR. Daruquthni)<br />
<br />
Diceritakan bahwa pada suatu hari Rosulullah Saw datang ke masjid. Di muka pintu masjid itu beliau melihat setan yang ragu ragu akan masuk. Lalu beliau menegurnya, “Hai setan, apa yang sedang kamu kerjakan di sini?" <br />
<br />
Maka setan menjawab, “Saya akan masuk masjid untuk menggaggu orang yang sedang sholat. Tetapi aku takut kepada orang lelaki yang sedang tidur.<br />
<br />
Segera baliau menjawab, “Hai Iblis, mengapa kamu tidak takut kepada orang yang sedang sholat menghadap Tuhannya, tetapi justru takut kepada orang yang sedang tidur?"<br />
<br />
Setan menjawab, “Betul, sebab orang yang sedang sholat itu bodoh sehingga mengganggunya lebih mudah. Sebaliknya orang yang sedang tidur itu adalah orang ‘alim, hingga saya kuatir seandainya saya ganggu orang yang sedang sholat itu, maka orang ‘alim itu terbangun dan segera membetulkan sholatnya." <br />
<br />
Sebab peristiwa itu maka Rosulullah Saw bersabda, “Tidurnya orang ‘alim lebih baik dari pada ibadahnya orang bodoh." Demikian disebutkan dalam kitab “Minhajul Muta’allimin".<br />
<br />
Rosulullah Saw bersabda, “Apabila kamu lewat pada kebun surga, maka bersenang-senanglah kalian. Sahabat bertanya, “Wahai Rosulullah, apakah kebun surga itu?" Beliau menjawab, “yaitu tempat-tempat ilmu." (HR. Thabrani)<br />
<br />
Setiap majlis yang di situ merupakan tempat untuk membahas, menekuni, dan memperkembangkan ilmu, khususnya ilmu agama, maka majlis itu bagaikan kebun surga yang penuh kenikmatan. Setiap kalimat yang didengar nilainya sama dengan satu kebajikan. Berapa kebajikan yang diperoleh selama dalam majlis itu, tinggal menghitung berapa kalimat yang telah didengar. Dan setiap kebajikan itu kelak pasti dibalas dengan kenikmatan di surga.<br />
<br />
Narasumber: Kitab “At-Targhiib Wat-Tarhiib"</span><br />
<span class="fullpost">Di rangkum Dari : millis daarut tauhid,menuju ahli dzikir,ahli fikir dan ahli ikhtiar</span>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-63795916208540645512010-05-31T13:09:00.002+07:002011-11-23T11:28:09.584+07:00Kokoh dan Indahnya Silaturahmi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TANSU-WsK6I/AAAAAAAAAFA/jsBOwJ-aHtg/s1600/Bersatu+Silaturahim.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; cssfloat: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" gu="true" height="200" src="http://1.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TANSU-WsK6I/AAAAAAAAAFA/jsBOwJ-aHtg/s200/Bersatu+Silaturahim.jpg" width="135" /></a></div>Alhamdulillaahirabbil'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad wa 'ala aalihi washaabihii ajmai'iin, <br />
<br />
Saudaraku yang budiman, dengan bulan Ramadhan 1424 H yang penuh dengan hikmah, marilah kita jalani kehidupan kembali ke fitrah kita, sebagai insan Allah SWT. Dengan semangat yang baru pada Hari Raya Idul Fitri terutama diawali dengan :<br />
<br />
Pertama, Meningkatkan Silaturahmi<br />
Hikmah dari sikap Nabi Muhammad selalu berbeda jalan ketika berangkat dan pulang dari masjid adalah karena beliau setiap<br />
<a name='more'></a> waktu ingin selalu memperbanyak silaturahmi dengan umatnya.<span class="fullpost"> Artinya kitapun harus memiliki budaya yang sama yaitu upayakan memiliki jadwal dan cara khusus untuk bersilaturahmi dengan sebanyak mungkin kalangan, baik yang </span><br />
<span class="fullpost">sudah dikenal ataupun yang belum. Baik yang akrab maupun yang tak menyukai kita. <br />
<br />
Andai saja kita tahu kedahsyatan manfaat silaturahmi, niscaya sepanjang waktu ini rasanya ingin selalu bersilaturahmi. Setidaknya silaturahmi yang baik akan menambah saudara baru dan mempereratnya, menambah wawasan dan ilmu serta semakin menambah kekuatan bagi ukhuwah kita. Sering sekali terjadi salah paham karena lemahnya komunikasi akibat jarangnya bersilahturami. Pendek kata silahturami yang teratur dan terprogram dengan baik adalah bagian kunci suksesnya ukhuwah kita ini.<br />
<br />
Kedua, Kirimlah Hadiah<br />
<br />
Nabi Muhammad Saw, sudah mengisyaratkan bahwa berkiriman itu akan menambah rasa sayang dan memang kenyataannyapun demikian. Bila ada yang berkirim sesuatu yang bermanfaat bagi kita, pada umumnya akan senang hati dan merasa hutang budi, cenderung lebih memaafkan dan mempererat hubungan. <br />
<br />
Oleh karena itu, kita harus memiliki program pengadaan dana untuk hadiah kepada orang tua, tetangga, kawan dekat, dan siapapun yang kita harapkan dapat bersinergi dalam ukhuwah ini. Tentu saja semuanya ini harus sangat terjaga, keikhlasannya. Biasakanlah setiap kali memiliki makanan, tetanggapun ikut menikmatinya. Jauh sangat lebih baik kita makan hanya separuh dari makanan sendiri dan sebagian yang lain dinikmati saudara seiman lainnya dari pada kenyang sendiri dan orang lain tak mendapatkan apapun.<br />
<br />
Ketiga, Jauhi Perdebatan walaupun Benar<br />
<br />
Jujur saja sebetulnya perdebatan yang banyak terjadi tampaknya bukan sedang mencari kebenaran tapi lebih dekat kepada mencari kemenangan pendapatnya sendiri, hal ini tampak dari cara dan bentuk percakapannya yang lebih menjurus pada berbantah-bantahan secara emosi, kata yang saling menyerang dan bau permusuhan saling menyudutkan, jauh dari cara kajian ilmiah yang penuh etika. <br />
<br />
Maka sekiranya kita ada dalam situasi yang tak sehat ini menghindar dari berdebat bukanlah suatu tindakan menghindar dari kebenaran, melainkan menghindar dari peluang bangkit dan berkobarnya suasana permusuhan, berpalinglah dan carilah topik bahasan yang lebih mempersatukan. <br />
<br />
Tentu saja bukan tidak boleh mengadakan diskusi pemecahan masalah, namun harus didasari kesiapan mental yang baik, kesiapan ilmu yang memadai, dan kesiapan mendengar serta berbicara yang baik pula, Insya Allah akan datang petunjuk Allah dalam mecari kebenaran. <br />
<br />
Keempat, Selalu Berusaha Mendahului Menegur, Mengucapkan Salam, Berjabat Tangan Dengan Ramah Dan Tulus.<br />
<br />
Dengan kata lain, praktekkan lima (5) S, senyum, sapa, salam, sopan, dan santun. Insya Allah interaksi kita kepada siapapun akan jauh lebih bermakna jikalau wajah kita senantiasa diliputi senyuman, sapa penuh kelembutan, dan akhlak yang penuh kerendahan hati akan memikat setiap orang yang kita jumpai. Alangkah indahnya wajah yang jernih, ceria, senyum yang tulus dan ikhlas, membahagiakan siapapun. <br />
<br />
Betapa nyamannya suasana saat salam hangat ditebar, saling mendo'akan, menyapa dengan ramah, lembut dan penuh perhatian. Alangkah agungnya pribadi kita, jika penampilan kita selalu sopan dengan siapapun dan dalam kondisi bagaimanapun. Betapa nikmatnya dipandang, jika pribadi kita santun, mau mendahulukan orang lain, rela mengalah dan memberikan haknya, lapang dada, pemaaf yang tulus, dan ingin membalas keburukan dengan kebaikan serta kemulian.Wallahu'alam. <br />
<br />
Sumber :Abdulluah Gymnastiar </span>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-43619265334426238742010-05-31T11:38:00.000+07:002010-05-31T11:38:15.292+07:00Adab Berbicara<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAM9E06BXeI/AAAAAAAAAEw/dT3QCTMFgcw/s1600/diam.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; cssfloat: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" gu="true" height="188" src="http://2.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAM9E06BXeI/AAAAAAAAAEw/dT3QCTMFgcw/s200/diam.jpg" width="200" /></a></div><br />
Ibnul Muqaffa' berkata kepada anaknya, "Belajarlah menyimak pembicaraan orang dengan baik, sebagaimana engkau belajar berbicara dengan baik. <br />
<br />
Diantara menyimak pembicaraan orang dengan baik adalah membiarkannya berbicara sampai selesai, berilah sedikit komentar, <span class="fullpost">tidak memalingkan muka, memandang kepada orang yang berbicara dan menyadari apa yang diucapkannya." <br />
<br />
Sumber:pesantrenonline.com</span>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-86693823430892236462010-05-31T11:23:00.002+07:002011-11-23T11:32:32.038+07:00Bisikan, Pikiran, Nafsu Birahi, Kehendak, Maksiat dan Kebiasaan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAM-nPPNHFI/AAAAAAAAAE4/GuFR7oJQUiM/s1600/belenggu.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; cssfloat: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" gu="true" height="200" src="http://3.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAM-nPPNHFI/AAAAAAAAAE4/GuFR7oJQUiM/s200/belenggu.jpg" width="186" /></a></div>Ulama besar, Ibnul Qayyim berkata : <br />
<br />
"Pertahankanlah bisikan yang berdetak agar tetap di hatimu, kalau tidak hal itu akan berubah menjadi buah pikiran. Bila telah berubah, pertahankanlah semampumu agar ia tetap berada dalam pikiranmu. Dan kalau tidak mampu, ia akan menjadi nafsu birahi. <br />
<br />
Kendalikan nafsu agar ia tertundukkan, dan jika tidak akan lahir rencana buruk dalam bentuk kehendak. Jagalah kehendak itu, karena<span class="fullpost"> kalau tidak dijaga niscaya akan menjadi perbuatan maksiat.<br />
<br />
Kalau perbuatan maksiat tidak bisa dicegah,</span><br />
<a name='more'></a><span class="fullpost"> ia akan menjadi temanmu sebagai suatu kebiasaan dan adalah sulit bagi manusia meninggalkan suatu kebiasaan." <br />
<br />
Sumber:pesantrenonline.com<br />
</span>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-16238999023833212622010-05-31T11:18:00.002+07:002011-11-23T11:33:19.307+07:00Harmoni Qur'an dan Sains<div align="justify"></div><div align="justify"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAM32HUSrTI/AAAAAAAAAEo/9nyw4MU9SDw/s1600/Alqur%60an+Sains.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" gu="true" height="177" src="http://4.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAM32HUSrTI/AAAAAAAAAEo/9nyw4MU9SDw/s200/Alqur%60an+Sains.jpg" width="200" /></a>Berbicara tentang sains dan hubungannya yang harmonis dan tanpa pertentangan terhadap Al Qur'an masih merupakan sesuatu yang paradoks di dalam masyarakat kita. Invasi pemikiran yang berlandaskan sekularisme yang menjalar dengan pasti dan tanpa terasa (baca: ghazwul fikri) telah menciptakan suatu fenomena dimana banyak orang terjebak dalam suatu dikotomi pemikiran terhadap al-qur'an dan sains. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="border: medium none; text-align: justify;">Tanpa disadari, banyak orang yang menganggap bahwa al-qur'an dan sains merupakan hal yang terpisah. Sudah selayaknya kita sebagai kaum intelektual muslim meluruskan penyimpangan pemikiran semacam ini dan menanamkan kembali pemahaman bahwa al-qur'an dan sains merupakan suatu<span class="fullpost">hubungan yang </span><br />
<a name='more'></a><span class="fullpost">harmonis. Tidak satu pun ayat-ayat al-qur'an yang bertentangan dengan kemajuan sains dan teknologi, bahkan banyak fenomena kemajuan sains dan teknologi yang termaktub di dalam al-qur'an.</span><br />
<span class="fullpost"> <br />
<br />
Hanya sayangnya, fenomena-fenomena sains dan teknologi yang terdapat di dalam al-qur'an diteliti dan dikembangkan bukan oleh ummat Islam sebagai pemilik kitab tersebut tetapi oleh orang-orang non muslim yang bisa dikatakan 'jauh' darinya. Dan hal inilah yang menyebabkan kemunduran ummat Islam dalam bidang sains dan teknologi setelah sempat mengalami puncak keemasan pada sekitar abad ke-12. <br />
<br />
Di dalam kitabnya Jawahir Al-Qur'an, Imam Al-Ghazali membahas dalam bab khusus bahwa Al-Qur'an merupakan sumber dari seluruh cabang ilmu pengetahuan, baik yang terdahulu maupun yang akan datang dan yang telah diketahui maupun yang belum diketahui. Hal ini bukanlah sesuatu yang terlalu berlebihan, karena telah banyak bukti yang mengarah kepada hal tersebut. Berikut ini akan dicontohkan segelintir fenomena sains dan teknologi yang terdapat di dalam al-qur'an, dari berbagi bidang ilmu: <br />
<br />
Teorema Singularitas<br />
<br />
Teori yang melambungkan nama Stephen Hawking, seorang fisikawan teoritik Inggris, dan Roger Penrose, seorang matematikawan Inggris pada pertengahan1960-an ini menjelaskan tentang permulaan alam semesta. Dalam teori singularitas tentang permulaan alam semesta disimpulkan bahwa ada suatu keadaan dimana jarak ruang-waktu antara semua benda yang ada di jagat raya ini sama dengan nol, dan keadaan ini berlangsung sebelum terjadinya dentuman besar (big bang). Eksistensi keadaan singularitas sebagai awal dari alam semesta ini telah difirmankan oleh Allah SWT dalam al-qur'an surah Al-Anbiya 30: <br />
<br />
"Dan apakah orang-orang kafir itu tidak mengetahui bahwasannya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya..."<br />
<br />
Tak ada yang dapat mengetahui apa yang terjadi sebelum terjadinya big bang (kecuali Allah rab al-'alamin), karena pada saat itu seluruh semesta ini merupakan suatu yang padu dimana tidak ada ruang dan waktu, dan hukum-hukum fisika serta persamaan matematika tidak berlaku. <br />
<br />
Lebah Sebagai Pelacak Bahan Peledak<br />
<br />
"... Dari perut lebah itu keluar minuman yang bermacam-macam warnanya (madu), di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memikirkan."<br />
<br />
Dari potongan ayat diatas kita bisa melihat dan menganalisa tentang tanda yang diberikan oleh Allah tentang keistimewaan salah satu makhluk-Nya yang bernama lebah. Selain memiliki peranan sebagai penghasil madu yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, makhluk Allah ini juga ternyata memiliki keistimewaan lain yang sangat bermanfaat bagi manusia, yaitu sebagai pelacak bahan peledak. <br />
<br />
Para peneliti Amerika Serikat, sebagaimana yang dilaporkan oleh Beyond 2000, telah menemukan fenomena yang menunjukkan bahwa lebah sangat membantu dalam upaya deteksi ranjau atau bahan peledak lainnya. Dengan kemampuan yang dimiliki lebah untuk memperoleh simulasi terhadap bahan kimia tertentu dan mencari bahan kimia yang sama tersebut dimana pun ia berada, dapat digunakan untuk membantu petugas keamanan dalam mencari tempat-tempat yang dipasang bahan peledak. Tentu saja bahan kimia yang digunakan untuk simulasi tersebut adalah TNT. Metoda penemuan yang aman dan murah ini telah dirancang oleh Sandia National Laboratories bekerjasama dengan Universitas Montana, AS. <br />
<br />
Sekali lagi ummat Islam 'kecolongan' dalam penemuan sains, padahal Allah telah mengindikasikan hal ini dalam surat An-Nahl. Allah SWT juga telah mengistimewakan makhlukNya ini dengan menjadikannya sebagai nama salah satu surat di dalam Al Qur'an, yaitu An-Nahl yang berarti lebah. <br />
<br />
Astronomi<br />
<br />
Di dalam Al Qur'an terdapat banyak ayat yang membicarakan tentang astronomi. Dr. Maurice Buccaile -dalam bukunya Al Qur'an, Bible dan sains modern- menyebutkan bahwa ada 40 ayat Al Qur'an yang membicarakan secara khusus tentang astronomi. Berikut ini terdapat beberapa fenomena astronomi yang terdapat di dalam Al Qur'an. Mungkin beberapa fenomena ini telah merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi kita. Tapi ingat, Al Qur'an diturunkan 15 abad yang lalu, dimana manusia belum mengerti mengenai masalah astronomi secara implisit dan masih menganggap bahwa bumi merupakan pusat alam semesta (Geosentris). Fenomena astronomi secara implisit baru dipahami oleh masyarakat luas beberapa puluh tahun belakangan ini, dan itu jauh setelah Al Qur'an diturunkan. <br />
<br />
<br />
<br />
Matahari dan bulan memiliki orbit <br />
<br />
"Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya), dan telah menundukkan begimu malam dan siang." (QS 14:33) <br />
<br />
"Demi langit yang memiliki banyak orbit." (QS 51:11) <br />
<br />
<br />
<br />
Benda-benda langit berasal dari nebula/kabut (Teori Nebula) <br />
<br />
"Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih berupa kabut." (QS 41 : 11 ) <br />
<br />
<br />
<br />
Matahari dan bulan memiliki kala revolusi dan kala rotasi <br />
<br />
"Dan matahari dan bulan beredar menurut perhitungan" (QS 55 : 5) <br />
<br />
"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang mengetahui." (QS 10:5) <br />
<br />
<br />
<br />
Jumlah Planet <br />
<br />
"(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya : "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas buah kaukab (planet), matahari, dan bulan, kulihat semuanya sujud kepadaku." (QS 12 :4) <br />
<br />
Selama ini kita hanya mengenal sembilan buah planet dalam galaksi Bimasakti, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto. Lalu bagaimana dengan pernyataan Al Qur'an bahwa jumlah planet itu? Apakah pernyataan itu keliru? Coba kita tengok penemuan terbaru dari riset yang dilakukan oleh para astronom di AS, bahwa ada suatu penemuan spektakuler tentang planet ke-10 di dalam galaksi Bimasakti. Bagi para ummat muslim, penemuan ini seharusnya bukanlah sesuatu yang spektakuler, karena Al Qur'an telah menyebutkan tentang fenomena ini 15 abad yang lampau. Lalu bagaimana dengan planet ke-11? Hanya dengan perjalanan waktulah hal tersebut akan terungkap. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya. <br />
<br />
<br />
<br />
Reproduksi Manusia<br />
<br />
Masalah reproduksi manusia adalah salah satu fenomena biologis yang dibahas di dalam Al Qur'an. Fenomena ini dibahas secara lengakap dan lugas dalam penyampaiannya, termasuk tentang proses penciptaan manusia secara bertahap. <br />
<br />
"Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian." (QS 71:114)<br />
<br />
Manusia diciptakan dari setetes air (mani), yang bertemu dengan sel telur (ovum) dan mengalami fertilisasi. <br />
<br />
"Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata." (QS 16:4) <br />
<br />
"Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim)." (QS 75:37) <br />
<br />
Selanjutnya di dalam rahim terjadilah tahap-tahap kejadian manusia secara embriologis. <br />
<br />
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." (QS 23 : 12,13,14) <br />
<br />
Demikianlah tahap-tahap perkembangan janin di dalam rahim menurut Al Quran dan fenomena perkembangan janin dalam rahim ini baru ditemukan oleh para ahli kedokteran pada sekitar awal abad 20 atau 14 abad semenjak Al Qur'an diturunkan. <br />
<br />
Fenomena-fenomena sains yang memiliki hubungan yang harmonis dan sejalan dengan Al Qur'an di atas hanyalah segelintir dari fenomena sains lainnya yang terdapat di dalam Al Qur'an, baik yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui. Tugas kitalah sebagai kaum intelektual muslim untuk mengkaji lebih jauh fenomena-fenomena sains yang terdapat di dalam Al Qur'an. Jangan biarkan apa yang telah diberikan Allah sebagai mukjizat kepada kita (Al Qur'an) menjadi sia-sia. <br />
<br />
Di bulan suci Ramadhan yang penuh berkah ini, marilah kita memulai suatu langkah awal yang akan membawa warna baru dalam kemajuan sains dan teknologi demi tegaknya kembali kejayaan Islam yang pernah eksis 12 abad yang lampau. Hal ini dapat dimulai dengan membaca, mengerti dan mampu memahami tafsir Al Qur'an karena hanya dengan berpegang teguh kepada Al Qur'an dan Assunnah-lah kejayaan Islam akan mampu kembali tegak. Dengan meneguhkan azzam kita, semoga Allah menjadikan kita ke dalam golongan ulil albab. Amin. <br />
<br />
Wallahu a'lam bishawaab</span></div><div style="border: medium none; text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span class="fullpost"><br />
Sumber :<br />
Ihdina Sukma Dewi <br />
ihdinasukmadewi@gmail.com </span></div>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-81482179463584334702010-05-31T11:06:00.001+07:002011-11-23T11:34:12.225+07:00Apa Pantas Berharap Surga?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAM1awCFAtI/AAAAAAAAAEg/EpSWZMUmrm0/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; cssfloat: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" gu="true" height="182" src="http://2.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAM1awCFAtI/AAAAAAAAAEg/EpSWZMUmrm0/s200/images.jpg" width="200" /></a></div>Sholat dhuha cuma dua rakaat, qiyamullail (tahajjud) juga hanya dua rakaat, itu pun sambil terkantuk-kantuk. Sholat lima waktu? Sudahlah jarang di masjid, milih ayatnya yang pendek-pendek saja agar lekas selesai. Tanpa doa, dan segala macam puji untuk Allah, terlipatlah sajadah yang belum lama tergelar itu. Lupa pula dengan sholat rawatib sebelum maupun sesudah shalat wajib. Satu lagi, semua di atas itu belum termasuk catatan: "Kalau tidak terlambat" atau "Asal nggak bangun<span class="fullpost"> kesiangan". Dengan sholat model begini, apa pantas mengaku ahli ibadah? <br />
<br />
Padahal Rasulullah dan para sahabat senantiasa mengisi malam-malamnya dengan derai tangis memohon ampunan kepada Allah. Tak jarang kaki-kaki mereka bengkak oleh</span><br />
<a name='more'></a><span class="fullpost"> karena terlalu lama berdiri dalam khusyuknya. Kalimat-kalimat pujian dan pinta tersusun indah seraya berharap Allah Yang Maha Mendengar mau mendengarkan keluh mereka. Ketika adzan berkumandang, segera para sahabat meninggalkan semua aktivitas menuju sumber panggilan, kemudian waktu demi waktu mereka habiskan untuk bersimpuh di atas sajadah-sajadah penuh tetesan air mata. <br />
<br />
Baca Qur'an sesempatnya, itu pun tanpa memahami arti dan maknanya, apalagi meresapi hikmah yang terkandung di dalamnya. Ayat-ayat yang mengalir dari lidah ini tak sedikit pun membuat dada ini bergetar, padahal tanda-tanda orang beriman itu adalah ketika dibacakan ayat-ayat Allah maka tergetarlah hatinya. Hanya satu dua lembar ayat yang sempat dibaca sehari, itu pun tidak rutin. Kadang lupa, kadang sibuk, kadang malas. Yang begini ngaku beriman? <br />
<br />
Tidak sedikit dari sahabat Rasulullah yang menahan nafas mereka untuk meredam getar yang menderu saat membaca ayat-ayat Allah. Sesekali mereka terhenti, tak melanjutkan bacaannya ketika mencoba menggali makna terdalam dari sebaris kalimat Allah yang baru saja dibacanya. Tak jarang mereka hiasi mushaf di tangan mereka dengan tetes air mata. Setiap tetes yang akan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa mereka jatuh karena lidah-lidah indah yang melafazkan ayat-ayat Allah dengan pemahaman dan pengamalan tertinggi. <br />
<br />
Bersedekah jarang, begitu juga infak. Kalau pun ada, dipilih mata uang terkecil yang ada di dompet. Syukur-syukur kalau ada receh. Berbuat baik terhadap sesama juga jarang, paling-paling kalau sedang ada kegiatan bakti sosial, yah hitung-hitung ikut meramaikan. Sudah lah jarang beramal, amal yang paling mudah pun masih pelit, senyum. Apa sih susahnya senyum? Kalau sudah seperti ini, apa pantas berharap Kebaikan dan Kasih Allah? <br />
<br />
Rasulullah adalah manusia yang paling dirindui, senyum indahnya, tutur lembutnya, belai kasih dan perhatiannya, juga pembelaannya bukan semata milik Khadijah, Aisyah, dan istri-istri beliau yang lain. Juga bukan semata teruntuk Fatimah dan anak-anak Rasulullah lainnya. Ia senantiasa penuh kasih dan tulus terhadap semua yang dijumpainya, bahkan kepada musuhnya sekali pun. Ia juga mengajarkan para sahabat untuk berlomba beramal shaleh, berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya. <br />
<br />
Setiap hari ribut dengan tetangga. Kalau bukan sebelah kanan, ya tetangga sebelah kiri. Seringkali masalahnya cuma soal sepele dan remeh temeh, tapi permusuhan bisa berlangsung berhari-hari, kalau perlu ditambah sumpah tujuh turunan. Waktu demi waktu dihabiskan untuk menggunjingkan aib dan kejelekan saudara sendiri. Detik demi detik dada ini terus jengkel setiap kali melihat keberhasilan orang dan berharap orang lain celaka atau mendapatkan bencana. Sudah sedemikian pekatkah hati yang tertanam dalam dada ini? Adakah pantas hati yang seperti ini bertemu dengan Allah dan Rasulullah kelak? <br />
<br />
Wajah indah Allah dijanjikan akan diperlihatkan hanya kepada orang-orang beriman yang masuk ke dalam surga Allah kelak. Tentu saja mereka yang berkesempatan hanyalah para pemilik wajah indah pula. Tak inginkah kita menjadi bagian kelompok yang dicintai Allah itu? Lalu kenapa masih terus bermuka masam terhadap saudara sendiri? <br />
<br />
Dengan adik tidak akur, kepada kakak tidak hormat. Terhadap orang tua kurang ajar, sering membantah, sering membuat kesal hati mereka, apalah lagi mendoakan mereka, mungkin tidak pernah. Padahal mereka tak butuh apa pun selain sikap ramah penuh kasih dari anak-anak yang telah mereka besarkan dengan segenap cinta. Cinta yang berhias peluh, air mata, juga darah. Orang-orang seperti kita ini, apa pantas berharap surga Allah? <br />
<br />
Dari ridha orang tua lah, ridha Allah diraih. Kaki mulia ibu lah yang disebut-sebut tempat kita merengkuh surga. Bukankah Rasulullah yang sejak kecil tak beribu memerintahkan untuk berbakti kepada ibu, bahkan tiga kali beliau menyebut nama ibu sebelum kemudian nama Ayah? Bukankah seharusnya kita lebih bersyukur saat masih bisa mendapati tangan lembut untuk dikecup, kaki mulia tempat bersimpuh, dan wajah teduh yang teramat hangat dan menyejukkan? Karena begitu banyak orang-orang yang tak lagi mendapatkan kesempatan itu. Ataukah harus menunggu Allah memanggil orang-orang terkasih itu hingga kita baru merasa benar-benar membutuhkan kehadiran mereka? Jangan tunggu penyesalan. <br />
<br />
Olen Bayu Gautama<br />
www.eramuslim.com </span>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-52654533924817108182010-05-30T18:39:00.002+07:002011-11-23T11:34:46.222+07:00Pengaruh Makanan pada Perilaku<a href="http://3.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAJOZsQ4W-I/AAAAAAAAAEY/dyax1SV9hMA/s1600/IMG_0027.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="133" src="http://3.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAJOZsQ4W-I/AAAAAAAAAEY/dyax1SV9hMA/s200/IMG_0027.jpg" width="200" /></a>Setiap orang beriman diperintahkan Allah SWT untuk senantiasa mengonsumsi makanan yang halal dan baik (mengandung gizi dan vitamin yang cukup). Dua hal tadi --makanan halal dan baik-- di samping akan menyebabkan terjaganya kesehatan jasmani, juga akan semakin mendorong meningkatkan kualitas takwa dan syukur kepada Allah SWT. <br />
<br />
Hal ini sebagaimana dinyatakan di dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 172, ''Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki <span class="fullpost">yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika </span><br />
<a name='more'></a><span class="fullpost">benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah.'' <br />
<br />
Sebaliknya, makanan yang haram, baik substansi maupun cara mendapatkannya, meskipun secara lahiriyah mengandung gizi dan vitamin yang cukup, akan menumbuhkan perilaku yang buruk dan merusak, baik bagi dirinya maupun bagi keluarganya di dunia ini maupun di akhirat nanti. Sabda Rasulullah SAW, ''Setiap daging yang tumbuh dari barang yang haram, maka neraka lebih utama baginya.'' Artinya, makanan yang haram itu akan mendorong perilaku yang jahat, yang menyebabkan kecelakaan yang bersifat abadi di akhirat nanti. <br />
<br />
Benda-benda yang haram, baik makanan maupun binatang, sangatlah mudah untuk diketahui, karena jumlahnya sangat sedikit dan hampir semua orang memakluminya. Misalnya dinyatakan dalam firman Allah surat Al-Baqarah ayat 173, ''Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah ....'' <br />
<br />
Tetapi, yang lebih memerlukan perhatian, pikiran, hati, dan keimanan adalah menentukan cara mendapatkan makanan atau rezeki yang bersih dan halal itu. Misalnya tidak melalui penipuan, korupsi, membungakan uang, menerima suap, dan cara-cara batil lainnya. Apalagi mengambil harta negara yang seharusnya dijaga dan dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat banyak. <br />
<br />
Allah SWT berfirman, ''Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa padahal kamu mengetahui.'' (Al-Baqarah: 188). <br />
<br />
Bahkan, doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT oleh seseorang meskipun sungguh-sungguh, akan tetapi orang itu bergelimang dengan makanan, minuman, pakaian, dan juga pemenuhan kebutuhan kesehariannya dengan cara-cara yang haram, maka doanya pasti tidak akan dikabulkan-Nya. (HR Muslim). <br />
<br />
Dalam hadis lain juga dikemukakan bahwa kemabruran (diterima) dan kemardudan (ditolak) haji yang dilakukan oleh seseorang sangat bergantung pada biaya yang digunakan. Ongkos ibadah haji yang halal akan menyebabkan haji yang mabrur, sebaliknya ongkos haji yang bersumber dari sesuatu yang haram akan menyebabkan haji yang mardud. <br />
<br />
Demikian pula perilaku anak keturunan seseorang sangat ditentukan oleh makanan yang dikonsumsinya. Oleh karena itu, orang-orang yang beriman pasti akan selalu berusaha mendapatkan rezeki yang halal baik benda maupun caranya, agar perilakunya istiqamah dalam kebaikan. Wallahu a'lam <br />
<br />
<b>Oleh : KH Didin Hafidhuddin<br />
www.republika.co.id </b><br />
<br />
</span>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-11523832955256161522010-05-30T18:33:00.002+07:002011-11-23T11:38:17.470+07:00Spiritual dan Kedermawanan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAJM-j-hGhI/AAAAAAAAAEQ/9WhnLJvLys0/s1600/hati-yang-memberi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="196" src="http://4.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAJM-j-hGhI/AAAAAAAAAEQ/9WhnLJvLys0/s200/hati-yang-memberi.jpg" width="200" /></a></div>Kedermawanan dan atau kepemurahan merupakan salah satu karakter utama (akhlaq mahmudah) yang senantiasa perlu dimiliki, ditumbuhkan, dan dikembangkan oleh setiap pribadi Muslim yang mengharapkan kesuksesan dalam hidup dan kehidupannya. Kedermawanan akan mengundang cinta dan kasih sayang dari Allah SWT dan dari sesama manusia. Sebaliknya, kebakhilan dan hanya mementingkan diri <span class="fullpost">sendiri akan mengundang kemurkaan dari Allah SWT dan dari sesama manusia. <br />
<br />
Orang selalu ingin akrab, dekat, dan bergaul dengan sang dermawan. Sebaliknya, mereka ingin selalu jauh dengan orang-orang yang bakhil. Dalam sebuah hadis riwayat Imam Turmudzi, Rasulullah SAW bersabda, ''Kepemurahan dan kedermawanan akan mendekatkan diri kepada Allah SWT, kepada </span><br />
<a name='more'></a><span class="fullpost">sesama manusia, dan kepada surga-Nya, serta akan menjauhkan dari siksa dan azab-Nya. Sedangkan kebakhilan dan kekikiran akan menjauhkan seorang Muslim dari Allah SWT, dari sesama manusia, dan dari surga-Nya. (Kebakhilan) juga akan mendekatkan pada siksa dan azab-Nya. Orang bodoh yang pemurah jauh lebih baik dalam pandangan Allah SWT daripada orang yang ahli ibadah (ibadah mahdlah) tetapi sangat bakhil.'' <br />
<br />
Kedermawanan yang dimanifestasikan dalam bentuk keinginan kuat untuk selalu memberi kebaikan pada orang lain (terutama mereka yang membutuhkan, seperti kaum dhuafa dan anak-anak yatim yang telantar), ternyata juga akan menyebabkan kesuksesan spiritual dan kelezatan rohani yang teraplikasikan dalam kemampuannya mengatasi berbagai persoalan hidup. Seberat apa pun problematika hidup yang dihadapinya, sang dermawan yang ikhlas akan diberikan kekuatan batin oleh Allah SWT untuk mengatasi berbagai kesulitan dalam kehidupannya. <br />
<br />
Dalam sebuah hadis riwayat Imam Thabrani dari Abu Darda, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya, ''Apakah engkau menginginkan kepuasan dan kesuksesan batin serta terpenuhi kebutuhan hidup? Sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berikanlah makanan yang sama dengan makanan yang engkau makan. Pasti engkau akan mendapatkan kesuksesan batin dan akan terpenuhi kebutuhan hidup.'' <br />
<br />
Betapa indahnya kabar gembira dari Rasulullah SAW tersebut, karena berkaitan dengan sesuatu kebutuhan yang selalu didambakan oleh setiap orang. Kesuksesan spiritual dan kenikmatan batiniyah merupakan sesuatu yang sangat berharga dan sangat mahal nilainya. Dari batin dan hati yang sukses akan menyebabkan kesuksesan yang lainnya. Orang akan menjadi lebih produktif dan optimal dalam berusaha dan bekerja, karena selalu memiliki keinginan dan cita-cita untuk memberi kepada orang lain. Malas, tidak punya motivasi, dan frustrasi akan jauh dari kamus kehidupan orang yang sukses spiritualnya. Oleh karena itu, mari kita raih kesuksesan spiritual dengan menumbuhkembangkan sifat kedermawanan<br />
<br />
<b>Oleh : KH Didin Hafidhuddin<br />
www.republika.co.id </b><br />
</span>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-2593432354538659252010-05-30T18:27:00.003+07:002011-11-23T11:40:04.121+07:00Aktivitas Rasulullah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAJLXh4qqTI/AAAAAAAAAEI/zj6BuWN82UY/s1600/images.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="193" src="http://1.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAJLXh4qqTI/AAAAAAAAAEI/zj6BuWN82UY/s200/images.jpeg" width="200" /></a></div>Rumah seseorang ibarat cermin yang menggambarkan keluhuran akhlak, kesempurnaan budi pekerti, keelokan pergaulan dan ketulusan nuraninya. Tidak ada seorang pun yang melihat apa yang diperbuatnya di balik kamar dan dinding. Saat ia bersama hamba sahaya, bersama pembantu atau bersama istrinya. Ia bebas berbuat tanpa ada rasa sungkan dan berpura-pura. Sebab ia adalah raja yang memerintah dan melarang di dalam rumahnya. Semua anggota keluarga yang berada di bawah tanggungannya adalah lemah. Marilah kita lihat bersama aktifitas Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di dalam rumah, selaku pemimpin dan panutan umat yang memiliki kedudukan yang mulia dan derajat yang tinggi. Bagaimanakah keadaan beliau di dalam rumah? <br />
<br />
Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah ditanya: “Apakah <span class="fullpost"> yang dilakukan </span><br />
<a name='more'></a><span class="fullpost">Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di dalam rumah?” Ia radhiyallahu ‘anha menjawab: “Beliau shallallahu 'alaihi wasallam adalah seorang manusia biasa. Beliau menambal pakaian sendiri, memerah susu dan melayani diri beliau sendiri.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).</span><br />
<span class="fullpost"> <br />
<br />
Demikianlah contoh sebuah ketawadhu’an dan sikap rendah hati (tidak takabur) serta tidak memberatkan orang lain. Beliau turut mengerjakan dan membantu pekerjaan rumah tangga. Seorang hamba Allah yang terpilih tidaklah segan mengerjakan hal itu semua. <br />
<br />
Dari rumah beliau shallallahu 'alaihi wasallam yang penuh berkah itulah memancar cahaya Islam, sedangkan beliau sendiri tidak mendapatkan makanan yang dapat mengganjal perut beliau shallallahu 'alaihi wasallam. An-Nu’man bin Basyir menuturkan kepada kita keadaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: “Aku telah menyaksikan sendiri keadaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sampai-sampai beliau tidak mendapatkan kurma yang jelek sekalipun untuk mengganjal perut.” (HR. Muslim). <br />
<br />
Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan: “Kami, keluarga Muhammad, tidak pernah menyalakan tungku masak selama sebulan penuh, makanan kami hanyalah kurma dan air.” (HR. Al-Bukhari). <br />
<br />
Tidak ada satu perkara pun yang melalaikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dari beribadah dan berbuat ketaatan. Apabila sang muadzin telah mengumandangkan azan; “Marilah tegakkan shalat! Marilah menggapai kemenangan!” beliau segera menyambut seruan tersebut dan meninggalkan segala aktifitas duniawi. <br />
<br />
Diriwayatkan dari Al-Aswad bin Yazid ia berkata: “Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah radhiyallahu 'anha: ‘Apakah yang biasa dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di rumah?’ ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menjawab: “Beliau biasa membantu keluarga, apabila mendengar seruan azan, beliau segera keluar (untuk menunaikan shalat).” (HR. Muslim). <br />
<br />
Tidak satupun riwayat yang menyebutkan bahwa beliau mengerjakan shalat fardhu di rumah, kecuali ketika sedang sakit. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam pernah terserang demam yang sangat parah. Sehingga sulit baginya untuk keluar rumah, yakni sakit yang mengantar beliau menemui Allah. <br />
<br />
Disamping beliau lemah lembut dan penuh kasih sayang terhadap umatnya, namun beliau juga sangat marah terhadap orang yang meninggalkan shalat fardhu berjamaah (di masjid). Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Sungguh betapa ingin aku memerintahkan muazdin mengumandangkan azan lalu iqamat, kemudian aku memerintahkan seseorang untuk mengimami shalat, lalu aku berangkat bersama beberapa orang yang membawa kayu bakar menuju kaum yang tidak menghadiri shalat jamaah, untuk membakar rumah-rumah mereka.” (Muttafaq ‘alaih). <br />
<br />
Sanksi yang sangat berat tersebut menunjukkan betapa penting dan utamanya shalat berjamaah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mendengar seruan azan, lalu ia tidak menyambutnya (mendatangi shalat berjamaah), maka tidak ada shalat baginya kecuali karena uzur.” (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban). <br />
<br />
Uzur di sini adalah perasaan takut (tidak aman) atau sakit. <br />
<br />
Apa dalih orang-orang yang mengerjakan shalat fardhu di rumahnya (di samping istrinya)? Mereka tinggalkan masjid! Apakah ada uzur sakit atau perasaan takut bagi mereka? <br />
<br />
<b>sumber : alsofwah.or.id </b> <br />
</span>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-65319962690145100162010-05-30T18:19:00.002+07:002011-11-23T11:43:52.165+07:00Kiat Sehat Ala Rasulullah<div style="color: blue; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAJJvjLmTHI/AAAAAAAAAD4/IVjpLOlw-lg/s1600/herbal-medicine2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://1.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAJJvjLmTHI/AAAAAAAAAD4/IVjpLOlw-lg/s200/herbal-medicine2.jpg" width="168" /></a></div><span style="font-size: large;"><b>Kiat Sehat Ala Rasulullah</b></span></div>1. SELALU BANGUN SEBELUM SUBUH<br />
Rasul selalu mengajak ummatnya untuk bangun sebelum subuh, melaksanakan sholat sunah dan sholat Fardhu, sholat subuh berjamaah. Hal ini memberi hikmah yg mendalam antara lain :<br />
- Berlimpah pahala dari Allah<br />
- Kesegaran udara subuh yg bagus utk kesehatan/ terapi penyakit TBC<br />
- Memperkuat pikiran dan menyehatkan perasaan<br />
<br />
2. AKTIF MENJAGA KEBERSIHAN <br />
Rasul selalu senantiasa rapi & bersih, tiap hari kamis atau Jumaat beliau mencuci rambut-rambut halus di pipi, <br />
<a name='more'></a>selalu memotong kuku, bersisir dan berminyak wangi. "Mandi pada hari Jumaat adalah<span class="fullpost"> wajib bagi setiap orang-orang dewasa. Demikian pula menggosok gigi dan memakai harum-haruman"(HR Muslim)</span><br />
<span class="fullpost"><br />
<br />
3.TIDAK PERNAH BANYAK MAKAN<br />
Sabda Rasul : "Kami adalah sebuah kaum yang tidak makan sebelum lapar dan bila kami makan tidak terlalu banyak (tidak sampai kekenyangan)"(Muttafaq Alaih)<br />
<br />
Dalam tubuh manusia ada 3 ruang untuk 3 benda : Sepertiga untuk udara, sepertiga untuk air dan sepertiga lainnya untuk makanan. Bahkan ada satu tarbiyyah khusus bagi ummat Islam dengan adanya Puasa Ramadhan untuk menyeimbangkan kesehatan<br />
<br />
4. GEMAR BERJALAN KAKI<br />
Rasul selalu berjalan kaki ke Masjid, Pasar, medan jihad, mengunjungi rumah sahabat, dan sebagainya. Dengan berjalan kaki, keringat akan mengalir, pori-pori terbuka dan peredaran darah akan berjalan lancar. Ini penting untuk mencegah penyakit jantung.<br />
<br />
5. TIDAK PEMARAH<br />
Nasihat Rasulullah : "Jangan Marah"diulangi sampai 3 kali. Ini menunujukkan hakikat kesehatan dan kekuatan Muslim bukanlah terletak pada jasadiyah belaka, tetapi lebih jauh yaitu dilandasi oleh kebersihan dan kesehatan jiwa.<br />
<br />
Ada terapi yang tepat untuk menahan marah : <br />
<br />
Mengubah posisi ketika marah, bila berdiri maka duduk, dan bila duduk maka berbaring<br />
<br />
<br />
Membaca Ta 'awwudz, karena marah itu dari Syaithon<br />
<br />
Segeralah berwudhu<br />
<br />
Sholat 2 Rokaat untuk meraih ketenangan dan menghilangkan kegundahan hati<br />
6. OPTIMIS DAN TIDAK PUTUS ASA<br />
Sikap optimis akan memberikan dampak psikologis yang mendalam bagi kelapangan jiwa sehingga tetap sabar, istiqomah dan bekerja keras, serta tawakal kepada Allah SWT.<br />
<br />
7. TAK PERNAH IRI HATI<br />
Untuk menjaga stabilitas hati & kesehatan jiwa, mentalitas maka menjauhi iri hati merupakan tindakan preventif yang sangat tepat.<br />
<br />
Rasulullah bersabda : "Mu'min yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mu'min yang lemah....." (HR Muslim). <br />
<br />
Sumber :www.KotaSantri.com </span>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-31630245456237711312010-05-30T16:12:00.003+07:002011-11-23T11:46:10.125+07:00Mengingat Kematian<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAIzk-WxjPI/AAAAAAAAACY/iEOHUfxfnY8/s1600/images.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="197" src="http://1.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAIzk-WxjPI/AAAAAAAAACY/iEOHUfxfnY8/s200/images.jpeg" width="200" /></a></div>Kematian merupakan kepastian. Tak seorang pun dapat menghindar dan melepaskan diri dari cengkeramannya. Firman Allah SWT, ''Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata.'' (Al-Jum'ah: 8). <br />
<br />
Meskipun demikian, manusia pada umumnya tidak suka, bahkan sangat takut pada kematian. Bagi sebagian orang, kematian sangat menakutkan.<span class="fullpost">Mereka membayangkan kematian sebagai peristiwa yang amat tragis dan mengerikan. Dalam buku Mizan al-'Amal, Imam Ghazali menjelaskan beberapa alasan mengapa manusia takut </span><br />
<a name='more'></a><span class="fullpost">terhadap kematian. Pertama, karena ia ingin bersenang-senang dan menikmati hidup ini lebih lama lagi. Kedua, ia tidak siap berpisah dengan orang-orang yang dicintai, termasuk harta dan kekayaannya yang selama ini dikumpulkannya dengan susah payah. Ketiga, karena ia tidak tahu keadaan mati nanti seperti apa. Keempat, karena ia takut pada dosa-dosa yang selama ini ia lakukan. <br />
<br />
Walhasil, manusia takut karena ia tidak pernah ingat kematian dan tidak mempersiapkan diri dengan baik dalam menyambut kehadirannya. Manusia, kata Ghazali, biasanya ingat kematian hanya kalau tiba-tiba ada jenazah lewat di depannya. Seketika itu, ia membaca istirja': ''Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.'' Namun, istirja' yang dibaca itu hanyalah di mulut saja, karena ia tidak secara benar-benar ingin kembali kepada Allah dengan ibadah dan amal saleh. Jadi, kalau demikian, agar tidak alergi dan fobia dengan kematian, manusia, menurut Ghazali, harus sering-sering ingat kematian sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ''Perbanyaklah olehmu mengingat kematian, si penghancur segala kesenangan duniawi.'' (HR Ahmad). <br />
<br />
Menurut Ghazali, ingat kematian akan menimbulkan berbagai kebaikan. Di antaranya, membuat manusia tidak ngoyo dalam mengejar pangkat dan kemewahan dunia. Ia bisa menjadi legawa (qona'ah) dengan apa yang dicapainya sekarang, serta tidak akan menghalalkan segala cara untuk memenuhi ambisi pribadinya. Kebaikan lain, manusia bisa lebih terdorong untuk bertobat alias berhenti dari dosa-dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil. Lalu, kebaikan berikutnya, manusia bisa lebih giat dalam beribadah dan beramal saleh sebagai bekal untuk kebaikannya di akhirat kelak. Dengan berbagai kebaikan ini, orang-orang tertentu seperti kaum sufi tidak takut dan tidak gentar menghadapi kematian. Mereka justru merindukannya, karena hanya lewat kematian mereka dapat menggapai kebahagiaan yang sebenar-benarnya, yaitu berjumpa dengan Allah dalam ridha dan perkenan-Nya. <br />
<br />
Inilah anugerah dan kabar gembira dari Allah kepada mereka. Firman-Nya, ''Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Tuhan kami ialah Allah', kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka seraya berkata, 'Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu'.'' (Fushshilat: 30). <br />
<br />
<br />
Oleh : A Ilyas Ismail<br />
www.republika.co.id </span>Akseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5671772705409202268.post-37274548088608777102010-05-30T15:31:00.003+07:002011-11-23T11:49:47.306+07:00Rasa Malu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAI0y3l8CqI/AAAAAAAAACg/P9mDe0E5HEs/s1600/images.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="135" src="http://4.bp.blogspot.com/_lyzrQpNlz7c/TAI0y3l8CqI/AAAAAAAAACg/P9mDe0E5HEs/s200/images.jpeg" width="200" /></a></div>Rasa malu menjauhkan seseorang dari perbuatan salah. Sebagai seorang yang beriman, kita seharusnya memiliki rasa malu, sehingga akan tumbuh malu yang sebenar-benarnya di hadapan Allah SWT tatkala melakukan apa yang dilarang dan dibenci-Nya, atau ketika meninggalkan apa yang diperintahkan-Nya. Simaklah dialog Rasulullah SAW dengan para sahabat dalam sebuah majelis.<span class="fullpost"> Beliau berkata :<br />
<br />
''Malulah kepada Allah dengan sebenar-benarnya.'' Para sahabat menjawab, ''Wahai Nabi Allah, kami memang </span><br />
<a name='more'></a><span class="fullpost">malu kepada Allah dan memuji-Nya.'' <br />
Nabi bersabda, ''Bukan begitu yang kumaksudkan. Tetapi, orang yang malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya mestilah menjaga kepala dan pikiran yang terkandung di dalamnya. Hendaklah juga menjaga perut dan apa yang dikumpulkan di dalamnya, dan hendaknya dia mengingat maut dan bencana yang akan menimpanya. Siapa yang menginginkan akhirat, maka dia mesti sanggup meninggalkan kemilau hiasan dunia. Hanya orang-orang seperti itulah yang benar-benar malu kepada Allah.'' (HR Tirmidzi dengan sanad Hasan). <br />
<br />
Rasulullah SAW selalu mengajarkan kepada para sahabatnya tentang hakikat malu. Karena, malu merupakan salah satu sifat mulia dan terpuji. Bahkan, ia merupakan pangkal keimanan. Sabdanya, ''Tidak ada iman bagi orang yang tidak punya malu.'' Untuk dapat memperhalus rasa malu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, menjaga kepala dan pikiran. Maksudnya adalah menjaga seluruh indra yang dikendalikan oleh kepala. Ia tidak mempergunakan indra-indra itu kecuali dalam hal yang diridhai Allah SWT. <br />
<br />
Kedua, menjaga perut dan isinya, artinya ia tidak memakan sesuatu kecuali yang halal karena itulah yang diperintahkan Allah dalam firman-Nya dalam surat Al-Baqarah ayat 172, ''Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu.'' <br />
<br />
Ketiga, mengingat mati dan kehancuran tubuh setelah mati serta membayangkan kematian selalu ada di depan mata. Rasulullah SAW bersabda, ''Perbanyaklah mengingat si pelumat kenikmatan, yaitu kematian.'' (HR At-Tirmidzi). <br />
<br />
Keempat, meninggalkan perhiasan dunia. Artinya, ia tidak teperdaya oleh glamor dunia sehingga ia tidak disibukkan oleh hal-hal itu dari mengingat Allah dan akhirat yang merupakan tempat kembalinya. <br />
<br />
Allah SWT berfirman, ''Maka, janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu. Dan janganlah penipu (setan) memperdaya kamu terhadap Allah.'' (QS Luqman [31]: 33).<br />
<br />
Perkara lain yang dapat memperhalus rasa malu adalah dengan menyaksikan, mensyukuri, kebaikan, dan karunia Allah SWT. Betapa banyak nikmat dan karunia Allah yang telah dilimpahkan kepada kita, baik berupa kesehatan anggota badan seperti tangan, kaki, mata, telinga, hidung, dan lidah. Juga makanan, tempat tinggal, pakaian. Kesadaran akan karunia Allah kepada diri kita inilah yang akan memperhalus perasaan malu di hadapan-Nya. Wallahu a'lam bish shawab. <br />
<br />
<br />
</span><br />
Dikutip dari www.republika.co.idAkseslisensihttp://www.blogger.com/profile/06621364236631203264noreply@blogger.com0